Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

"Waktu, Tunggulah Aku!"

by: Nor Aniyah Waktu adalah suatu hal yang berharga bagi sebagian orang. Sehingga jika kehilangan, maka akan menimbulkan penyesalan. Seberapa pentingkah waktu? Ya, sangat penting. Begitu pentingnya waktu, sampai Allah SWT pun bersumpah demi waktu. "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran." (TQS. Al-Ashr [103]: 1-3). Jadi, apakah waktu yang kita punya sudah digunakan dengan sebaik-baiknya? Entah mengapa, sepertinya waktu terlalu cepat. Seakan waktu mau habis. Berlalu begitu saja. Tak terasa sudah bergelut bersamanya seharian. Saat mau beraktivitas yang lain, tahu-tahu sudah menjelang malam. Wah, sepertinya waktu berputar sangat cepat. Rasanya baru kemarin liburan, eh sekarang kembali ke awal pekan. "Hai, waktu bisakah kamu menunggu sebentar? Aku tak bisa mengejarmu." Wah, mungkin

Pentingnya Persiapan

by: Nor Aniyah Dalam hal apapun persiapan mutlak diperlukan. Tidak asal-asalan. Melakukannya dengan sebaik mungkin, sehingga bisa meraih hasil yang terbaik. Benar kan? Ibarat mau bertempur, harus menyiapkan alat-alat untuk berperangnya. Dengan semaksimal mungkin. Kalau tidak, bisa-bisa akan babak belur, dihabisi musuh. Nah, mungkin masih ingat, saat dulu ujian akhir sekolah, atau ujian semesteran kuliah? Tentu belajar habis-habisan. Rela bergadang, menahan kantuk semalaman, untuk persiapan. Ya, ini sih bagi yang memilih sistem kebut semalam. Kalau jauh hari menyiapkan, tentu hasilnya pun sesuai harapan. Hasil yang bagus, memuaskan. Karena punya persiapan matang. Contoh lain, misalnya ibu-ibu muda. Saat mau masak harus menyiapkan, bahan, bumbu dan peralatan dapur. Mau ke pasar pun, perlu menyiapkan ceklist barang yang mau dibeli. Biar bisa fokus! Persiapan penting dilakukan untuk memudahkan mencapai tujuan. Dengan persiapan tidak akan ada yang terlupa, atau tertinggal. Dengan pers

Saudara Jauh

by Nor Aniyah Terpisah rumah antara dua pulau bahkan lain benua berani mengungsi seorang diri dari tempat yang sempat terlupakan Saudara jauhku yang asing Rupamu tak pernah terlintas Namamu pun aku tak tahu Benarkah kita saudara? Saudara baru berbaju kotak bergaris Orang bilang dia teman makhluk yang aneh, benarkah? Via mata mendeteksi lama dia menunggu datangnya tugas lalu tergesa pergi bergegas dengan buku-buku di tangan Tunggu sebentar, saudaraku! utarakanlah sesuatu padaku! jujur atau dusta tentang rahasia di balik dunia Anggap saja kita saling kenal bagai adik dan kakak Membina hubungan jarak dekat Agar kutahu yang kauperlukan Walau bukan terlahir satu rahim Namun kabarnya dulu kita pernah hidup bersatu serumah, benarkah? Walau sempat lupa Kukenal lagi kau lewat percakapan Rupaya ada yang sama saudaraku kita sehaluan, Ummatan wahidan Kandangan (Kalsel), 02/07/2016 *Dalam kumpulan Puisi Peradaban Mulia

Harmoni Nada

by: Nor Aniyah Kerinduan peristiwa menumbuh tunas Letak lauh harmoni yang membekas Tentang kedatangan nada itu sekarang Kenangan masa kita berjuang Senyum kala mulai berkata-kata Tertambat cerah oleh kelopak mata Kita kini bersandingkan dalam kesamaan Semangat kita bangkitkan nyala kobaran Menderu bara tegar berdiri tegak Manis pekat asa Ilahi tambah menyeruak Nyatakan ingatan merajut mimpi lampau Kelak buktikan anugerah-Nya akan kembali memukau Kandangan (KalSel), 19/08/2016

Akan Bertemu Jodohnya

by: Nor Aniyah Ada kecemasan yang merambati hati. Terasa lama menanti. Namun, tidak kunjung datang. Yang dicari pun masih tidak ketemu juga. Menunggu tahunan, bahkan bisa puluhan tahun. Sampai kapan mesti menunggu? Kadang kita akan merasa sedikit kecewa. Karena bisa saja yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ini sungguh di luar kekuasaan. Ada di wilayah sisi yang lain. Bersabarlah. Ya, mungkin seperti itu juga dalam menulis. Sering dialami penulis pemula. Tulisan kita masih belum juga tembus ke penerbit. Nah, karena sedikit kurang sabar. kita buru-buru putus harapan. Membatalkan diri untuk melanjutkan. Merasa yang dilakukan akan sia-sia saja. Akhirnya, putus di tengah jalan. Merasa belum berjodoh. Menurut saya hal terpenting, jalani saja prosesnya. Berdoa dan bertawakal. Menyelesaikan hingga tuntas. Melakukan apa yang kita bisa. Namun, kita tetap yakin bahwa semua orang akan bertemu jodohnya. Karena jodoh itu termasuk juga rezeki. Masing-masing orang punya rezeki sendi

Belajarlah pada Semut!

by: Nor Aniyah Melihat semut yang berbaris di lantai tengah memunguti remah-remah sisa makanan. Unik sekali! Tubuh-tubuh mungil itu merayap perlahan. Mengangkat bahan-bahan makanan ke sarang. Semua semut menjalankan tugasnya mengangkat makanan tersebut dengan bersemangat. Penuh kerjasama. Wah, kompak! Tampaknya kita perlu juga belajar dari semut. Mengambil ibrah. Demikian pun patut kita perhatikan dalam dakwah, kita juga harus bekerjasama. Agar target dakwah lebih terorganisir, maka haruslah berdakwah secara berjamaah. Dan salah satu sifat yang harus kita miliki sebagai seorang pengemban dakwahnya adalah mau untuk saling bekerjasama. Ingatlah! Allah SWT pun memerintahkan kita untuk berdakwah secara berkelompok. Dengan berkelompok dakwah kita akan menjadi lebih mudah. Selain itu, juga dalam hal melaksanakan berbagai agenda, semua hal yang kita lakukan akan terasa lebih mudah dan ringan. Sebagai seorang pengemban dakwah profesional, kita harus mau bekerja sama dengan teman sesama pen

Sang Mujahid Pena

by: Nor Aniyah Ketika kudengar nama Itulah gambaran tentang dia Kesatria berjiwa pemberani Insan penyambung kalam ilahi Sang mujahid pena Beratnya aral tak patahkan batang asa Siratan rahasia tangguh Bertarung berasas nilai ruh Sang mujahid pena Pemancang tonggak mulia Saatnya tajamkan ujung pikir Penuhi hamparan pandang hulu hilir Warnamu jelas memberi rupa Yakinkan girah untuk membela Wakili tetes tinta perjuangan Yang pernah pendahulumu wasiatkan Kandangan (KalSel), 14/08/2016

Antara Alay, Awkarin dan Auliya'

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd Suatu sore dalam perjalanan mau berkunjung ke rumah teman. Tepatnya, di sekitar jalan Pahlawan, Kandangan, saya melihat dua remaja putra berboncengan naik motor. Salah satunya, remaja yang tengah membonceng, ia mengenakan kaos berwana hitam dengan tulisan mencolok berbunyi, "Kita dikenal dari musang. Kita di sini karena musang. Kita bersama berkat musang." Seolah slogan ini menjadi kebanggaan baginya. Tapi mengherankan kenapa "musang"? Merasa keren mengatasnamakan si hewan berekor panjang yang suka maling ayam. Aduhai generasi! Nyeleneh. Ada-ada saja. Saat ini sering kita temui fenomena persoalan generasi yang semakin mengkhawatirkan. Muncul istilah-istilah baru terkait remaja. Ada remaja "Alay" yang bertingkah usil bin aneh, rela membuka aib diri demi eksistensi. Dan kini muncul juga istilah generasi "Awkarin" yang dilabeli sebagai generasi dengan karakter dan identitas yang cenderung negatif, namun justru dianggap baik

Ikhlas Menerima Kritik

by: Nor Aniyah Padahal biasa saja sih! Tapi, di telinga terasa jadi kata yang berapi. Terasa panas sampai ke ulu hati. Mendidih! Mencoba ikhlas saat dikritik, awalnya memang berat. Saat ada yang mengingatkan, rasanya kayak jadi lawan. Musuh yang mengajak duel. Naluri mempertahankan diri (gharizah baqa'), kian bergejolak. Oke. Tenang. Dengarlah dulu isi pembicaranya, bisa jadi ada baiknya, ada benarnya. Tapi, karena sudah terlanjur dongkol duluan. Yah, kebaikan yang mau masuk malah mantul lagi. Dengarlah, sekalipun bila yang mengkritik itu musuhmu. Maka, mungkin ia akan mengungkapkan yang sebenar-benarnya kejelekanmu. Ya, bisa jadi, benar. Nah, sekarang cobalah untuk mendengarkan sepatah kata dari orang lain. Mereka bisa membantu mengkritik dan mengoreksikan kekurangan. Sehingga kita pun bisa memperbaikinya. Ikhlaskanlah menerima kritik demi kebaikan. Tidak selalu yang mengkritik itu karena membenci kita. Namun, yang kebanyakan adalah kritik itu karena peduli. Demikian bentu

Hari Tanpa Ibu

by: Nor Aniyah Bocah penjaja gorengan Mendekati kerumunan orang Memikul bawaan tergopoh Potongan berminyak hangat Mencoba menawar perut Pada terminal para pengembara Bocah penjaja gorengan Tampak kurus tak terurus Rambut acak-acakan Kaki dan tangan kumal berdebu Seharian mengais penghidupan Apakah kau lelah? Dik, sungguh kau ini tangguh Di usia begini berjuang Mencukupi hajatan Membanting tulang Semoga teraih kelak Cerita indah yang kau impikan Bocah penjaja gorengan Kau sumringah pergi Menggenggam kepingan rezeki Menenteng langkah berlalu Beringsut masuk gang sempit Kau mau ke mana? Bocah penjaja gorengan Aku terkejut menemukanmu Kau ada di ujung lorong Apa yang kau perbuat ini? Merokok, bermabukan Bergaul segerombol pecundang Dik, mengapa kau di sini? Tempatmu bukan di sini Demi kebaikanmu Pulanglah! Nanti kau dicari ibumu Banyak yang menunggumu di rumah Tidak, aku ingin di sini! Pergi! Aku nyaman di tempat ini Tak ada yang akan mencariku Ibuk

Pesan Hari Ini

by: Nor Aniyah Habis sudah waktu semalam Berputar kembali ke awal poros Siang telah berpamitan Meninggalkan halte kesempatan Waktu luang yang terus kau nanti Dimana celah kesibukan? Bilakah ia datang menghampiri Ini permainan waktu kawan Kita masih asyik bersenda gurau Sayang, waktu tak bisa kembali Seperti aliran sungai Amandit Kita juga begitu Menurutmu hidup jembatan karir Terus bergulat meraih prestasi Tapi kurasa ada yang terlupakan Tua dan mati tetap menghampiri Hanya satu pesannya Isilah juga kantong amalmu *Dalam buku kumpulan puisi penyair KalSel dalam Tadarus Puisi Banjarbaru "Ada Malam Bertabur Bintang"

Maksimalkan Masa Muda

by: Nor Aniyah Wah, asyik sekali tampaknya! Tidak hanya remaja saja, namun yang sudah dewasa pun ikut menikmati. Bermain game di gadget. Sekarang anak balita pun sudah terbiasa memegang benda berteknologi canggih itu. Balita ikut main game. Nah, orang tua harus selalu mengawasi, agar tak sembarang main dan agar tidak sampai lupa waktu. Karena yang kecanduan main biasanya merasa baru sebentar. Padahal, waktu yang dihabiskan ternyata sudah berjam-jam. Cuma untuk bermain saja. Hingga terlena dan terlalaikan. “Refreshing dari rutinitas. Di tengah tugas yang bertumpuk. Tak apalah sekedar melepas penat. Memilih main game salah satunya,” kilah mereka. Sebenarnya, bermain hukumnya mubah (boleh) saja, asalkan tidak bertentangan dengan hukum syariah Islam. Nah, secara umum, permainan yang sesuai syariah Islam wajib memenuhi 3 (tiga) syarat yaitu: Pertama, harus halal secara syariah, misalnya olah raga lari, memanah, renang, dan sebagainya. Jadi tidak boleh berupa sesuatu yang haram, baik h

Catatan Harian Aktivis Dakwah

Mengapa prestasi begitu penting bagi aktivis dakwah? karena dalam sejarah para Nabi, sahabat dan alim ulama pun berdakwah memiliki segudang prestasi sebagai kekuatan dalam dakwahnya. Karena itu, menjadi aktivis dakwah adalah sebuah proses perjuangan seumur hidup. Alhamdulillah, setelah sukses menerbitkan karya yang berjudul, “Mutiara Pembebas Peradaban” Biidzinillah, Sekolah Kepenulisan D’hamisah menerbitkan karya kedua, dengan judul “Catatan Harian Aktivis Dakwah (CHAD).” Semoga buku ini bisa menjadi salah satu referensi yang memberi inspirasi dan motivasi bagi para pembaca. Aamiin. Selamat Membaca…! Penulis: Way Revolt – Aira Zahida – Yulissa Edyana – Izzah Saifanah – Nor Aniyah – Dewi Puspita – Mutia Husna ============================== ================= Present by. Sekolah Kepenulisan D’Hamisah Judul : Catatan Harian Aktivis Dakwah Tebal : 140 Halaman Desain Cover : Izzah Saifanah Editing : Way Revolt Ukuran : 14 x 21 cm Penerbit : Kaaffah Media

Hakikat Hidup

Jika hidup untuk ibadah Pastikan selalu patuh risalah Jika hidup sesuai dengan tuntunan Pastikan semua beroleh keselamatan Jika hidup sadar penuh ujian Pastikan menjalani penuh kesabaran Jika ingat hidup sementara Pastikan tak pernah tersia-sia Jika paham hidup hanya sekali Pastikan bersungguh agar berarti Jika hidup untuk mengabdi ketaatan Pastikan menerima hukum yang Allah turunkan Nor Aniyah Kandangan (KalSel), 10/08/2016

Padamu Ayahku

by: Nor Aniyah Matamu yang redup Telah menanarkan hati Menggulung relung kenangan Tentang membulatkan sebuah harapan Tubuhmu semakin renta Penuh guratan senja Kelopak yang pudar Tubuhmu terbakar terik Menggandeng lengan legammu Ada kekuatan Mendorong agar aku berani menatap Jalan panjang yang harus kuhadapi Ayah, aku bangga mengucapkan namamu Sebuah kehormatan menggemakan Aku ini anakmu Mewarisi jati dirimu yang kokoh Ke mana pun kupergi Kau selalu kubawa dalam ingatan Kusebut dalam doa terbanyak Dalam rangkaian kalimat terbaikku Kandangan (KalSel), 09/08/2016

Sang Ibu

by: Nor Aniyah Tangis bahagiamu Sembilan bulan berlalu Menanti kandung Payah fana genapkan bilangan Kini bersua dengan buah hati Kesusahan sirna Memenuhi tangan lembut Terjaga sambutan hangat kesayangan Lemah kuasa membalas Tiap bulir tangis yang jatuh Ada lukisan cinta Dalam harta yang berharga Dengan cita jasa Untaian intan Bongkahan emas pun Sungguh dunia tak tergantikan Dalam sujudnya tetap satu mintakan Si anak menjadi sosok kebanggaan Yang memasangkan permata Pusaka kemuliaan akhirat Kandangan (KalSel), 08/08/2016

Menghebat Seiring Rintangan

by: Nor Aniyah .... Akan datang suatu kaum pada hari kiamat kelak. Cahaya mereka bagaikan cahaya matahari. Abu Bakar berkata, “Apakah mareka itu kami wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Bukan, dan khusus untuk kalian ada kebaikan yang banyak. Mereka adalah orang-orang faqir dan orang-orang yang berhijrah yang berkumpul dari seluruh pelosok bumi.” Kemudian beliau bersabda, “Kebahagiaan bagi orang-orang yang terasing.” Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah orang-orang yang terasing itu?” Beliau saw. bersabda, “Mereka adalah orang-orang shalih di antara kebanyakan manusia yang buruk. Di mana orang yang menentang mereka lebih banyak dari pada yang menaatinya.” Untuk kalian, saudara-saudaraku yang merasa tengah asing. Walaupun kalian berada dalam kesendirian, ancaman, dan tantangan hebat dalam memegang teguh Islam di penjuru negeri nan jauh. Yakinlah kabar Rasulullah Saw. ini, kalian memang layak untuk mendapatkan kemuliaan itu. Dan ingatlah bahwa pertolongan Allah telah dekat! “Pen

Ana Syabah Qobla Kulli Syaiin

by: Nor Aniyah “An, kenapa kamu terburu-buru begitu sih?” tanya Lia saudari kembarku yang melihat aku nampak tergesa-gesa. “Ah, tidak apa-apa, aku hanya takut terlambat saja,” ujarku. “Santai saja, insya Allah kita akan datang tepat pada waktunya,” ucapnya tenang. Tidak seperti hari-hari biasanya memang, hari ini sungguh berbeda. Hari ini adalah hari libur, hari Minggu. Mungkin bagi sebagian orang ini adalah hari yang penuh dengan kesenangan, suka ria, dan santai, sehabis menjalankan aktivitas rutin selama sepekan. Namun hari ini sungguh hari yang mendebarkan bagiku. Hari ini pertama kalinya aku ikut menyelenggarakan acara kajian Islami untuk remaja bersama teman-temanku. Dan yang paling membuat aku tegang dan sedikit cemas, hari ini aku yang akan menjadi salah satu pematerinya. Dan, Lia yang jadi pembawa acaranya. “Bismillahi tawakkaltu Allaah wala hawla wala quwwata illa billah. Ya, Allah semoga hari ini berjalan dengan sukses.” .... *Dalam buku Antologi Kumpulan Cerpen "

Be The Most Productive People

by: Nor Aniyah “Menulis merupakan salah satu sarana yang tepat untuk mengekspresikan diri dan menyampaikan sesuatu.” Kiranya pernyataan ini memang benar. Dengan menulis seseorang dapat mencatat apa yang dialaminya sebagai sejarah hidup baginya. Dengan menulis seseorang belajar untuk mengekspresikan diri, menyampaikan suara, dan mengeluarkan aspirasinya. Dengan menulis  seseorang tidak hanya mampu mengubah hidupnya, tapi juga mengubah hidup orang lain, hidup banyak orang.   Diantara manfaatnya, yang segudang. Menulis bisa berpotensi mendatangkan pahala bagi kita, yang tak berhingga. Nggak percaya? coba kita resapi bersama sabda Rasulullah Saw berikut. “Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan maka ia mendapat pahala sebesar pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim). Nah, makanya dalam menulis kita haruslah selalu menuangkan kebaikkan, menujukkan kepada kebenaran, dan yang paling penting menyampaikan aspirasi harus sesuai dengan aturan mainnya, yaitu benar dan salah hanya berlan

Bapak Tua Berpeci

by: Nor Aniyah Seorang Bapak Tua berpeci tak berdasi Beliau berdiri persis di hadapan kami Meski ragu mencekat kata Kuberanikan diri mengungkap tanya Kenapa saya berbeda? Beliau jawab, "Haruskah kau menjadi sama seperti mereka?" Benar, tidak harus juga Beliau berkata, "Ndu, yang istimewa itu memang berbeda." Kenapa hari ini mau bicara pada kami? Bukankah banyak yang pintar di kota sana? Beliau jawab, "Ingatlah kembali suatu masa." "Imam Syafi'i itu dari pedalaman juga." Meski singkat, begitu bermakna Kuyakin kini di raga kami pun ada dia Terima kasih Bapak Tua berpeci Sudah datang, berkunjung ke mari Kandangan, 24/06/2016 *Dalam kumpulan "Puisi Peradaban Mulia"

Jodohku dari Allah

by: Nor Aniyah "Aku tidak mau. Ini tidak adil!" Begitu kalimat yang tertulis di pesan singkat ponselku. "Ma'af, aku tidak bisa bersama kamu lagi," balasku. "Tapi kenapa? Apakah ada kesalahan yang aku lakukan. Beritahukan itu kepadaku agar aku bisa memperbaikinya!" pintanya. "Aku memutuskan hubungan denganmu, bukan karena kesalahanmu, bukan pula karena aku membencimu. Justru aku ingin kamu terhindar dari perbuatan dosa. Terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan dan berikan kepadaku." .... "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (TQS. Al-Isra [17]: 32). *** *Dalam buku Antologi Cerpen "Betapa Indah Teguran-Mu" Hal: 83 Penerbit: Pena Indhis

Jukung Kita

by: Nor Aniyah Menanjak jukung Bersatukan ritme Mengayuh ramai Berkawan-kawanan Jangan takutkan Akan karam atau hanyut Karena tetap memantau pegang pada risalah pedoman Melihat pesona menyusuri Ke padang banyu Kambang pahumaan Merekahkan senyuman diri Menimba juang bersisian Hadapi halangan arus Bila kita sudah sampai Kelak peluh akan terbayarkan Jukung kita dalam jalan Pamulaan masih lambat Tapi teruslah kita melajukan asa Mulai batas pahuluan Kandangan (KalSel), 05/08/2016

Setiap Hal Adalah Kebaikan

by: Nor Aniyah Ini yang sering kejadian di kalangan kaum wanita. Ditimpa sedikit musibah, langsung marah. Sering ngomel karena antrian lama. Hari lagi panas terik. Aduh! Jadinya, mengeluh. Namun, pas lagi dapat arisan. Senangnya minta, ampun! Sampai meluap-luap. Sebagai ungkapan rasa syukur, langsung pergi berbelanja. Wah, bagaimana nih? Nah, Muslimah. Saat sedang marah meluapkan emosi. Mau ngomel sampai seharian juga tidak akan mengakhiri masalah. Malah semakin memperburuk keadaan. Masalah menjadi bertambah runyam. Ekspresi sedih, menangis, tawa, bahagia, atau sebagainya sebenarnya merupakan ungkapan sikap kita saat menghadapi keadaan. Ini hal yang alamiah. Kita tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa pun yang menimpa kita. Namun, bagaimana sikap kita dalam menghadapinya lah yang akan ditanya. Di-hisab oleh Allah SWT. Apakah terhadap hal itu, kita mau menerima atau tidak. Kita ridha atau marah. Kita bersyukur atau kufur. Allah SWT berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan c

Cita-Cita

by: Nor Aniyah Kala sang waktu angkat bicara Pada catatan si empunya Cita-cita apakah gerangan? Yang membuat engkau bertahan? Aku punya harapan besar Maukah engkau bersamaku berputar? Kiranya niatan itu agung Pastilah akan kudukung Aku tetapkan memasang tenggat tekad Dengan detik hidup engkau membuatnya terwujud Kandangan (KalSel), 1/08/2016

Be Extraordinary Muslimah

by: Nor Aniyah Peranan Muslimah dalam membangkitkan umat sejak dulu sudah tak perlu diragukan lagi. Patut diacungi jempol. Sudah sejak masa Rasulullah saw, para Muslimah pun terlibat aktif dalam membangkitkan umat. Mereka turut berjuang dalam gerakan dakwah untuk lakukan perubahan. Wah, salut deh! But, beda banget dengan saat ini, menjadi Muslimah sejati adalah pribadi yang sangat jarang bisa dimiliki sama cewek. Seperti halnya cowok, kaum cewek pun mudah tergoda. Buktinya, nggak sedikit yang tergadai pemikiran dan kehormatan demi harta, tahta, dan pria. Hanya beberapa cewek hebat saja, yang dapat berjuang dan bertahan, punya karakter sosok “extraordinary” ini. Allah SWT menjelaskan, “Kaum Mukmin dan Mukminat, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka melakukan amar makruf nahi mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat serta menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (TQS. At-T

Pelangi Ramadhan

by: Nor Aniyah Ramadhan kali ini memang berbeda dengan tahun lalu. Penuh warna seperti pelangi. Banyak kejadian seru dan penuh tantangan yang dialami. Memang untuk melakukan hal-hal baik dan positif plus pahala, kita perlu perjuangan dan pengorbanan. Karena dalam hidup tidak selalu mulus, pasti ada jalan yang terjal dan onak duri. Perlu kesabaran, ketegaran, dan kemauan untuk bisa move on. “Man jadda wajadda... Man shabara zhafira!” bait motivasi yang Penulis dapat dari "guru ngajinya" inilah yang dapat memotivasinya. Insya Allah, dalam buku ini penulis akan membagi pengalaman nyata hidupnya selama bulan Ramadhan. Mulai dari tips sukses kuliah hingga tips keren dakwah! *** "Pelangi Ramadhan" By Nor Aniyah, 2015 Editor : Tim Pena Setting dan Layout : Goresan Pena Publishing Desain Sampul : C. I. Wungkul ISBN : 978-602-364-025-6 Cet. I, Agustus 2015 viii + 88 hlm. ; 13 x 19 cm Diterbitkan Oleh : Goresan Pena Jl. Jami no. 230 Sindangjawa – Kadugede - Kun

Jangan Paksa Aku, Ma!

by: Nor Aniyah "Jangan bodoh!" "Kamu kan akan tetap bisa shalat.. Bisa minta izin nanti." "Tapi..." "Kalau punya duit, kamu bisa menggunakannya buat sedekah dan zakat.. Dan kalau banyak kamu juga bisa naik haji." "Nah, itukan ibadah juga?" "Tapi, ibadah tak sekadar itu." Lihat saja. Jika isi Al-Qur'an hanya tentang syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji, tentu Al-Qur'an tidak akan setebal yang ada. Tapi Al-Qur'an lebih dari itu, ia diturunkan untuk menyelesaikan semua masalah kehidupan manusia. Dari urusan bangun tidur hingga bangun negara. Al-Qur'an, petunjuk hidup. Mengatur cara beribadah yang sesungguhnya pada-Nya. Beribadah secara kaffah! "Zaman sekarang, susah nyarinya! "Pokoknya, kamu tetap harus menerima titik!" Telpon ditutup. "Astaghfirullah.. Mama belum paham," lirihku. *** Mataku masih sembab bekas menangis seharian. Aku tak mengerti mengapa bisa begini. Mama te

Kita Adalah Keluarga

by: Nor Aniyah Kita di sini bertatap muka Kita berhimpun dengan sesama anggota Kita tidak hanya bicara tentang masalah keluarga kita Kita bicara tentang masalah keluarga kita semua Kita tak hanya ingin selamat keluarga sendiri saja Kita ingin kerahmatan keluarga kita semua Kita saling mengingatkan semua Kita saling muhasabah bersama Kita berasa ada dalam ketaatan kepada-Nya Kita berasa ada dalam berkah-Nya Kita adalah keluarga Kita menaati semua aturan Pencipta kita Liqo Syawal 1437 H Islamic Centre Tanjung Kalimantan Selatan, 31/07/2016