Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Sebuah Tulisan untuk Gita

(Menanggapi Tulisan "Survei Pilpres, untuk Siapa?" dan "Belajar Menulis dari Gita") Oleh: Nor Aniyah, S.Pd Gita Pebrina Ramadhana, Mahasiswi Magister Pendidikan ULM menyampaikan pesan dengan tulisan, "Survei Pilpres, untuk Siapa?" Cukup membuat bangga, ada lagi mahasiswa yang berani bersuara. Mengingatkan kita pada mahasiswa-mahasiswa yang cerdas dan kritis pendahulunya, salah satunya Sang pemegang "Kartu Kuning." Di tengah rusaknya tatanan sosial generasi, para pemuda khususnya mahasiswalah yang jadi harapan. Insan terdidik, sebagai "agen of change." Diharapkan bisa membuka mata masyarakat tentang keadaan yang terjadi, dan mencoba memberikan tawaran solusi. Banyak sekali masalah yang menimpa negeri kita. Dan Gita berusaha menerangkannya dalam sebuah tulisan. Sangat banyak data dan angka di media cetak maupun online terpercaya tak cukup dimuatkan dalam beberapa halaman, itulah keterbatasan ruang tulisan. Terkait kesehatan, betapa b

Antara Milea dan Muslimah Ghouta

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd Womens March Jakarta 2018 memuat tuntutan dari suara perempuan agar terpenuhi segala hak-haknya. Juga akan membantu menyuarakan tuntutan dan aspirasi kaum-kaum perempuan yang katanya kerap tertutup suaranya agar juga dapat didengar dan dipenuhi. Benarkah demikian? Kita lihat para remaja putri tengah larut dalam romansa, film Milea. Berkasih-kasihan, pacaran. Shopping. Trevelling. Dunia seperti milik mereka. Bebas mengekspersikan kemauan diri, meski sebagai kaum hawa. Dunia pun tampaknya turut memperhatikan dan memberikan ruang untuk mereka. Katakanlah, saat kaum wanita Milea yang menuntut kebebasan yang sejatinya diharamkan Allah SWT, ingin bebas mengumbar aurat, dan bebas meninggalkan agama dan keyakinannya untuk bebas berbuat maksiat. Lantas apa yang terjadi di belahan dunia yang lain terhadap perempuan? Ambil contoh, kaum Muslimah Ghouta mayoritas yang harus terpinggirkan. Bahkan, Muslimah Ghouta harus ditinggalkan dunia karena mereka berpegang teguh pada

Pelajar Sekuler Minus Karakter

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd Ada hal yang mengelikan sekaligus menggelitik, dari suatu kiriman pesan di grup WhatsApp, kurang lebih berbunyi, seperti ini “Kalau mau jadi guru masa kini, selain menguasai IPTEK juga harus menguasai ilmu bela diri.” Buat apa? Katanya untuk menghadapi pelajar yang nakalnya tingkat dewa. Karena saat ini, seorang pelajar sudah berani menghajar sang pengajar. Pelajar Terpapar Nilai Sekuler Guru seorang yang memberikan ilmu dalam setiap pembelajaran. Kita tidak bisa jadi apa-apa. Coba bayangkan, bagaimana jadinya diri tanpa seseorang yang mengajari? Tak bisa membaca dan berhitung, tak mengenal apapun. Namun jam kosong,” menjadi hal yang paling dinantikan oleh anak sekolahan masa kini. Tidak bisa duduk tenang, atau mengikuti jalannya pembelajaran di kelas. Enggan mengerjakan tugas. Bila tidak menyukai materi, pelajar memilih membolos. Inilah beberapa masalah yang dihadapi para guru di sekolah. Banyak juga kasus pelajar mengisi waktu di kelas dengan perbuatan sia

Yang Menghina Ulama

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd Gara-gara memposting komentar penghinaan terhadap almarhum Guru Sekumpul yang dihormati warga Kalsel, seorang pemuda dengan akun facebook Hyde Hideki Hayden, dicari para pencinta ulama kharimastik itu. Dia telah berkomentar yang tidak pantas. Sebutannya dengan Lakian Bedaster,” itu pun benar-benar telah memancing emosi umat Islam, khususnya para pencinta ulama yang bernama lengkap KH Zaini Abdul Ghani tersebut. Posting itu dilakukan Hyde Hideki Hayden di grup FB Habar Tabalong dan Kotabaru Pulau Laut. Reaksi warganet dan warga dunia nyata pun sangat hebat. Pelakunya pun akhirnya berhasil ditangkap oleh aparat kepolisian. Akhir-akhir ini bentuk penghinaan terhadap para ulama dan dai sangat sering terjadi. Dipersekusi, dicaci-maki, dan dakwah mereka dihalang-halangi. Melecehkan dengan kata-kata kasar dan nyinyir, bahkan dilakukan oleh pemuda yang awam ilmu agamanya. Fenomena maraknya pelecehan dan penghinaan para ulama dan dai Islam merupakan salah satu akibat

Mencari Generasi Harapan Negeri

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd (Pemerhati Masalah Sosial dan Remaja, Anggota Komunitas “Muslimah Banua Menulis”) Siapa sangka, remaja yang tampak imut dan penurut ternyata bisa berbuat nekad. Bahkan, pelaku kriminal tak hanya dilakoni orang tua. Kalangan muda pun kerap menjadi aktor utama tindak kemaksiatan. Ada remaja jadi agen narkoba. Remaja terlibat prostitusi online . Membuat video mesum. Remaja tergabung dalam grup LGBT dan fedofilia. Yang terbaru, ada segerombolan remaja merampok toko pakaian untuk pesta malam tahun baruan. Yang biasanya dikenali dari remaja adalah sosoknya yang cuek. Suka berkata ceplas-ceplos. Terbiasa nge-lem. Biasanya disebut generasi micin. Dianggap makin gaul bila semakin berani melakukan hal ekstrem. Ada lagi generasi matcha kini yang dibilang sangat aktif, suka bergerak. Tapi, tidak jelas yang dilakukan, cenderung mementingkan diri sendiri. Aneh-aneh saja istilah-istilah yang ada. Seperti itulah trend kekinian. Gencarnya serangan budaya dan peradaban asi