Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Darurat Perceraian, Darurat Ketahanan Keluarga

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd Di antara banyak pernikahan yang terjadi di negeri ini, rupanya perceraian juga memiliki peringkat yang tinggi. Pernikahan bernuansa bahagia di pelaminan, harus kandas dalam beberapa bulan. Bahkan, ternyata tingkat perceraian di Tanah Air kita ini merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Anwar Saadi, selaku Kasubdit Kepenghuluan Direktorat Urais dan Binsyar Kementerian Agama membenarkan peningkatan tren perpisahan suami istri di negara ini. Berdasarkan data yang diperoleh sejak tahun 2009-2016, terlihat kenaikan angka perceraian mencapai 16 hingga 20 persen. "Jadi memang perceraian ini semakin meningkat dari tahunnya. Meski kenaikan tak melonjak, ini cukup mengkhawatirkan," kata Anwar. Hanya pada satu tahun saja angka perceraian sempat turun. Yakni 2011, sebanyak 158.119 ribu perceraian dari 285.184 ribu sidang talak setahun sebelumnya. Adapun rekor angka perceraian tertinggi dalam setahun terjadi pada 2012. Kala itu palu hakim yang mengesahkan

Menulis, Mengikat Ilmu

Imam Syafi'i bertutur, "Ilmu itu bagaikan hasil panen/buruan di dalam karung, menulis adalah ikatannya." *** #Berbagi_Pena "Menjadi Penulis, Why Not?" di Perpustakaan Daerah, HSS, KalSel Rabu, 05/10/2016

Slogan "Cintai Produk Dalam Negeri"

Oleh: Nor Aniyah, S. Pd "Yuk, cintai produk dalam negeri!" Ini yang mulai disuarakan. Nilai-nilai kecintaan tanah air pun mulai ditumbuhkan. Salah satunya, menganjurkan penggunaan produk dalam negeri. Tidak lain, untuk bersiap dalam persaingan global di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sebentar lagi dihadapi. Mungkinkah? Pasalnya, sebelum berlakunya MEA saja sudah membanjir produk impor, apalagi nanti seperti gelombang baah yang tidak terbendung. Namun, di saat bersamaan, nyatanya kemampuan untuk ekspor produk sangat  rendah. Negeri ini terancam bakal kalah dalam persaingan global. Bank Indonesia pun mulai khawatir barang impor membanjiri, khususnya barang impor untuk kebutuhan konsumsi. Karena itu, BI berharap sektor industri manufaktur bisa segera pulih tahun depan agar Indonesia tidak kebanjiran barang luar negeri. "Penopang pertumbuhan ekonomi kita adalah konsumsi, mestinya untuk kebutuhan konsumsi bisa disediakan oleh industri manufaktur dalam negeri. Jik