Oleh: Nor Aniyah, S.Pd
Gara-gara memposting komentar penghinaan terhadap almarhum Guru Sekumpul yang dihormati warga Kalsel, seorang pemuda dengan akun facebook Hyde Hideki Hayden, dicari para pencinta ulama kharimastik itu. Dia telah berkomentar yang tidak pantas. Sebutannya dengan Lakian Bedaster,” itu pun benar-benar telah memancing emosi umat Islam, khususnya para pencinta ulama yang bernama lengkap KH Zaini Abdul Ghani tersebut.
Posting itu dilakukan Hyde Hideki Hayden di grup FB Habar Tabalong dan Kotabaru Pulau Laut. Reaksi warganet dan warga dunia nyata pun sangat hebat. Pelakunya pun akhirnya berhasil ditangkap oleh aparat kepolisian.
Akhir-akhir ini bentuk penghinaan terhadap para ulama dan dai sangat sering terjadi. Dipersekusi, dicaci-maki, dan dakwah mereka dihalang-halangi. Melecehkan dengan kata-kata kasar dan nyinyir, bahkan dilakukan oleh pemuda yang awam ilmu agamanya.
Fenomena maraknya pelecehan dan penghinaan para ulama dan dai Islam merupakan salah satu akibat dari diterapkannya sistem Demokrasi. Penghinaan ulama menjadi salah satu buah keburukan dari kebebasan berpendapat. Karena disebabkan dalam sistem tersebut kebebasan berekspresi sangat diagungkan, dan diberikan ruang tanpa batasan. Sehingga orang-orang yang berpikiran sekuler menganggap tidak apa-apa menghina ulama.
Apakah yang menghina ulama tak takut dengan azab Allah SWT? Ya, bisa jadi karena sudah terbiasa tidak memakai aturan Tuhan. Hingga tiada merasa bersalah sedikitpun ketika mengabaikan aturan Tuhan dari kehidupan.
Alhamdulillah, di antara rusaknya kehidupan sosial, masih ada para pemuda yang maju membela para ulama. Masih ada orang-orang yang tidak membiarkan para penghina semena-mena. Mereka lah orang-orang yang insya Allah ikhlas mencintai ulama.
Mulianya Para Ulama
Rasulullah saw bersabda: Hendaknya kamu semua memuliakan ulama, karena mereka itu orang-orang yang mulia menurut Allah dan dimuliakan. (Kitab Lubabul Hadits).
Seorang ulama merupakan pemberi peringatan dan kabar gembira. Peringatan untuk mentaati syariat, dan menjadikan syariat Islam sebagai pedoman hidup. Kemudian, ulama juga menyampaikan kabar gembira, berupa kebahagiaan di dunia ketika menjalankan ketaatan, dan kebahagiaan tatkala berjumpa Pencipta.
Ulama lah yang memiliki kedalaman ilmu Islam. Tak sebatas untuk diri dan keluarganya, ilmu itu juga diajarkan pada yang lainnya. Agar semua manusia bisa meraih hidayah untuk bertakwa. Karena itu, banyak kita jumpai surau, majelis, dan pengajian-pengajian para ulama untuk menyampaikan ajaran Islam.
Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sungguh para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, hanya saja mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya (ilmu tersebut) berarti dia telah mengambil bagian ilmu yang banyak. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 6298 dari Abud Darda radhiyallahu anhu).
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu berkata (Syarh Riyadhish Shalihin, 3/434): Tidaklah mewarisi dari para nabi kecuali para ulama. Maka merekalah pewaris para nabi. Merekalah yang mewarisi, ilmu, amal dan tugas membimbing umat kepada syariat Allah Subhanahu wa Taala.
Ulama merupakan pewaris para nabi. Tempat umat bertanya dan menuntut ilmu agama. Untuk menyelesaikan masalah kehidupan dunia. Juga bekal untuk menyiapkan kehidupan akhirat. Menjawab pertanyaan-pertanyaan di saat ini dan di masa depan nanti.
Khilafah Islamiyah adalah negara yang sangat memuliakan ulama. Sepanjang sejarah Islam para khalifah adalah orang-orang yang dididik oleh para ulama. Kemudian saat mereka telah memimpin, mereka pun senantiasa meminta bimbingan para ulama.
Karena Khilafah adalah negara yang menerapkan syariat Islam yang sumber konstitusinya adalah al-Quran dan as-Sunnah. Khilafah juga adalah negara yang akan melangsungkan dakwah ke penjuru dunia. Dalam dua hal inilah maka peran ulama menjadi sangat strategis. Karenanya hampir mustahil para penguasa (khalifah dan struktur Khilafah lainnya) mengabaikan peran ulama.
Harun ar-Rasyid, salah satu contoh Khalifah yang begitu hormat pada ulama. Di balik sikapnya yang terkenal sebagai khalifah yang sangat pemberani, dia pun luluh di hadapan ulama. Bahkan, dia pun datang bersama kedua anaknya ke Madinah, sengaja untuk mendengarkan Imam Malik mengajarkan kitab al-Muwattha.
Sanksi bagi Penghina Ulama
Dalam Islam, tidak ada kebebasan berekpsresi bagi setiap orang, baik tua ataupun muda. Seluruh perbuatan manusia pun diatur sesuai syariat. Termasuk saat beraktivitas di dunia nyata maupun dunia maya (media sosial).
Rasulullah saw bersabda: "Seorang mukmin itu bukanlah orang yang suka memfitnah, melaknat, berkata keji dan kotor." (HR. at-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi dan al-Hakim).
Banyak pula ayat Al-Qur'an yang menerangkan bahwa Allah SWT senantiasa memperhatikan, mencatat, menghitung dan kelak akan membalas perbuatan hamba-hambanya. Allah SWT berfirman: "Sungguh Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian." (TQS. an-Nisa'[4]: 1).
Di dalam Kitab Syarah Mandhumat al-Iiman, Juz 1/201 disebutkan: Menghina ulama dan orang-orang shalih atau mengejek mereka: Ketika ulama adalah pewaris para Nabi, wajib menghormati mereka, memuliakan mereka, dan mengetahui kedudukan yang Allah SWT telah berikan kepada mereka. Mengejek mereka ada dua jenis: (1) mengejek personalitas mereka, dan shifat khalqiyyah maupun khuluqiyyah mereka; maka ini hukumnya haram. (2) mengejek keberadaan mereka sebagai ulama, yang mana mereka menguasai ilmu-ilmu syariat, maka ini hukumnya kufur. Termasuk dalam bab ini mengejek orang-orang sholeh dan ahli ibadah, atau keluarga Nabi saw.
Sungguh tercela orang-orang yang menghina ulama. Syariat Islam telah menetapkan hukuman tegas dan berat bagi penghina ulama, baik Muslim maupun kafir. Karena ulama merupakan salah satu simbol agama Islam yang wajib dihormati, dimuliakan, dan dibela. Terlebih lagi, bila yang melakukan penghinaan tersebut adalah orang-orang kafir, sanksinya bisa sampai taraf hukuman mati (bunuh). Sehingga tidak ada yang berani menghina ulama.
Ulama mestinya menjadi tempat kaum muda bertanya dan menuntut ilmu agama. Penting untuk kita ketahui manzilah (kedudukan) ulama yang begitu mulia menurut Al-Quran dan As-Sunnah. Kita mestinya beradab terhadap mereka, menghargai mereka dan menempatkan mereka pada kedudukan mulia. Itulah pertanda barakah-nya ilmu dan sebagai rasa syukur kita terhadap para ulama.[]
*) Pemerhati Masalah Sosial dan Remaja, Anggota Komunitas Muslimah Banua Menulis
Dimuat di: Radar Banjarmasin
Komentar
Posting Komentar