Langsung ke konten utama

Negara Pilar Utama Ketahanan Keluarga

Oleh: Nor Aniyah

Peran keluarga begitu penting bagi pembinaan karakter dan moral generasi agar sesuai ridha Ilahi. Sebagai yang berada di lingkungan terdekat anak, keluargalah yang terdepan menanamkan keimanan dan kebaikan. Seorang anak mendapatkan pembelajaran pertama dalam hidupnya dari asuhan dan didikan di tengah keluarga.

Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (TQS. At-Tahrim [66]: 6).

Keluarga merupakan benteng yang berfungsi untuk menjaga individu dari segala serangan penghancuran. Akan tetapi, tampaknya institusi keluarga saat ini mulai rapuh. Tidak lagi ideal sebagai tempat tumbuh kembang dan pendidikan generasi. Malah, kini generasi terancam bahaya dari dalam keluarga.

Semakin miris hati mengetahui peristiwa, berbagai persoalan terus menggrogoti tubuh keluarga. Betapa banyak kita jumpai orang tua yang menyiakan anak mereka. Ada yang tega menjual darah dagingnya, karena tergiur harta. Banyak istri yang stres dan depresi, lalu memutilasi bayi. Hingga, kala suami ketahuan selingkuh, anak dipukuli hingga dibunuh. Fenomena seperti ini sudah berulang kali terjadi tak terkendali.

Tampak pula keluarga sudah tidak harmonis. Sering terjadi percekcokan dan berakhir dengan perpisahan. Minta cerai atau diceraikan hal yang dianggap wajar. Bahkan, di negeri ini, setiap jam sekitar 40 perceraian terjadi.

Tidak hanya di luar pulau sana, kasus perceraian juga tinggi di banua kita. Buktinya gugatan dan persidangan cerai hampir tiap hari digelar Pegadilan Agama Banjarmasin. Kepala Pengadilan Agama Kelas II Banjarmasin, Muhammad Alwi mengatakan, berdasarkan datanya tahun lalu ada sekitar 2.200 kasus perceraian di Banjarmasin. Tahun ini, sudah mencapai 1.600 gugatan cerai. Dari jumlah itu, sekitar 60 persen karena alasan masalah nafkah lahir atau ekonomi. Sedangkan sisanya perselingkuhan dan lainnya. Masalah nafkah lahir ini seperti sang suami tak bekerja dan sama sekali tak bertanggung jawab. Keadaan ini membuat sang istri tak tahan lalu menggugat cerai. Masalah lainnya adalah perselingkuhan sampai ketidakcocokan. 60 persen gugatan cerai itu dari perempuan. Sampai akhir tahun nanti, angka perceraian diyakini bakal tetap tinggi mencapai 2.000-an per tahun. (http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/09/07/astaga-sampai-agustus-sudah-ada-1600-gugatan-cerai-di-banjarmasin).

Semakin tingginya angka perceraian saat ini pasti ada sebabnya. Pokok permasalahan dari tingginya angka perceraian ini di antaranya dikarenakan ketidakharmonisan rumah tangga, masalah ekonomi, KDRT, selingkuh, dan sebagainya. Termasuk tidak terpenuhinya hak dan kewajiban suami istri dalam pernikahan kerap memicu perceraian, terus menunggu solusi untuk diselesaikan.

Saat ini, ketahanan keluarga Muslim memang mulai melemah. Terlebih, kondisi seperti lemahnya pemahaman agama, kemiskinan, maupun kurikulum pendidikan yang sekuler sangat mempengaruhi ketahanan keluarga. Belum lagi serangan dari media yang menyuguhkan gaya kebebasaan dan pornografi yang meracuni. Pebisnis membuat para generasi jadi target industri. Kenapa semua itu bisa terjadi? Yang pasti, semua itu buah dari diterapkan sistem kapitalis sekuler yang menjadikan keluarga dan generasi sibuk mengejar materi, hedonis dan lupa pada aturan agama sebagai pedoman berkehidupan, termasuk kehidupan keluarga. Tanpa sadar bangunan keluarga pun telah berantakan. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan.

Akibat ketahanan keluarga terkoyak, maka pastilah anak yang jadi korban. Kekerasan terhadap anak sering dilakukan karena hubungan yang tidak harmonis dengan suami atau istri. Anak terlantar, hingga mencari pelarian. Banyak kasus kenakalan dan penyimpangan di kalangan generasi, seperti seks bebas, aborsi, narkoba, bunuh diri, tawuran, dan hilangnya moral yang berakibat pada hancurnya masa depan. Penghancuran identitas, moral dan kepribadian makin masif terjadi. Hal ini sangatlah mengancam eksistensi para generasi negeri.

Penghancuran generasi secara berkesinambungan ini perlu kiranya kita waspadai dan tanggulangi. Tentu, menyerahkan tanggung jawab yang besar hanya pada tiap keluarga saja sangat berat, karena masalah ini sudah terkait sistem. Di sinilah peran negara untuk menjaga ketahanan keluarga secara sistemik. Negara harus hadir secara nyata untuk mewujudkan ketahanan keluarga. Negara harus mengeliminir pemicu ketidakharmonisan keluarga dari berbagai aspek baik ekonomi, sosial dan membina pola asuh dari hasil sistem pendidikan.

Ingatlah, bahwa ketahanan nasional adalah kekuatan sebuah bangsa karena memiliki SDM yang beridentitas/berkarakter tertentu. Untuk menjadi sebuah negara yang hebat tentu dibangun oleh generasi yang hebat pula. Sehingga diperlukan sebuah sistem terbaik yang dengannya negara akan mampu menjaga ketahanan keluarga yang darinya akan lahir generasi khoiru ummah pembangun peradaban.

Ketahanan keluargalah yang menjadi asas utama ketahanan bangsa. Karenanya, ketika ketahanan keluarga rapuh bahkan runtuh, pasti memberi dampak serius terhadap kehidupan sosial masyarakat dan juga bangsa. Di era globalisasi, ketahanan nasional terancam, karena tergerus dengan nilai-nilai liberal dan kebebasan yang diistilahkan nilai-nilai global. Oleh karena itu, ketahanan keluarga patut jadi pusat perhatian negara. Dalam sudut pandang Islam fungsi dan peran keluarga memiliki nilai yang sangat penting. Kerenanya, syariah menetapkan hukum-hukum yang mampu menjamin dan memelihara ketahanan keluarga agar tidak terjatuh dalam jurang kehancuran tersebut. 

Allah SWT telah berfirman:
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (TQS. Al-Maidah [5]: 50).

Sungguh telah nyata suatu bentuk sistem yang luar biasa. Yaitu, dengan menetapkan mekanisme yang menjamin ibu dan anak di dalam keluarga mendapatkan nafkah untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, melalui sistem ekonomi. Adanya tata media dalam bingkai kemajuan ilmu dan teknologi. Masyarakat yang cerdas dan peduli terhadap tetangga dalam balutan harmonis dan takwa dengan sistem sosial budaya Islami. Terjaga kehormatan dan nyawa dengan jaminan sistem hukum berkeadilan, tentunya di bawah institusi Khilafah Islamiyah. Semua kesempurnaan dan keunggulannya membuat sistem Islam layak untuk diterapkan secara kaffah oleh negara.

Walhasil, menjadi harapan kita bersama membentuk generasi terbaik untuk negeri penakluk  peradaban. Menjadi hal yang perlu untuk bersama kita usahakan mewujudkan karakter Islam pada SDM pembangun peradaban bangsa berbasis ketahanan keluarga. Langkah pertamanya, yaitu dengan menjaga generasi dari keluarga dan masyarakat takwa, dan negaralah penyokong bangunannya sebagai pilar utama ketahanan keluarga.[]

#MuslimahPeduliNegeri
#NegaraSokoGuruKetahananKeluarga
#KongresIbuNusantara4
#BanuaBersyariah
#SelamatkanPerempuandanGenerasidenganSyariahKaffah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Perempuan Mengembalikan Kepemimpinan Islam

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd* Perempuan dan anak pun menjadi kelompok yang paling rentan terhadap tindak kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Problematika yang kompleks dan memilukan yang dialami kaum perempuan hari ini merupakan buah diterapkan sistem bathil, Kapitalisme-Demokrasi. Fakta yang ada, menunjukkan sistem ini telah mengeksploitasi kaum perempuan di seluruh dunia demi menghasilkan pendapatan negara dan melipatgandakan keuntungan bisnis para Kapitalis.  Tak peduli bila harus mengorbankan kehormatan dan kesejahteraan perempuan. Sistem Kapitalis-Sekuler telah membawa seluruh manusia ke dalam kesengsaraan, termasuk juga kaum perempuan. Sebab, Kapitalisme hanya mengukur partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa sekadar dari kontribusi materi.  Rasulullah Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu merupakan perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya dan berlindung dengan (kekuasaan)-nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll). Sayangn

Kumpulan Cerpen "Muslimah Banua Menulis": Candy Love

Dunia remaja memang kaya warna. Kelip-kelip kenangan memancar dalam ingatan, sulit terlupa meski usia beranjak dewasa. Masa sarat potensi, kejar prestasi, penuh dorongan ingin mengabdi pada Allah Yang Maha Suci, tentunya tak luput dari tantangan. Pengorbanan meraih cita, tertatih menggenggam asa, tertuang dengan jernih dalam nuansa kumpulan cerita pendek ini. Kadang nasihat dirasa menjemukan. *Candy Love* hadir untuk berkaca, merenungi sekelumit kisah hidup, untuk mematut diri, sudahkah cukup hiasan diri, menjadi remaja muslimah sejati. *Candy Love* adalah karya persembahan penulis-penulis muslimah muda Banua(Kalsel). Mencoba merangkai kata, menyentuh rasa, menggugah pemikiran agar remaja muslim bangkit, mengembangkan potensi diri, berkiprah 'tuk prestasi dunia-akhirat, serta menyumbangkan segenap pikiran dan tenaga untuk kebaikan umat. #MuslimahBanuaMenulis

Game Online dan Nasib Generasi

O leh: Fathanah Mukhlisah, S.Pd (Pemerhati Sosial dan Pendidikan) . Akhir-akhir ini, publik dihebohkan dengan kontroversi game online PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG). Pasalnya, game yang satu ini mencuat lantaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat akan melabelinya dengan fatwa haram. Kontroversi game PUBG awalnya mencuat lantaran dikaitkan dengan aksi berdarah penembakan oleh teroris di masjid Selandia Baru. Puluhan nyawa melayang akibat aksi sadis tersebut. . Terkait hal ini, Sekretaris Komisi III DPRD Banjarbaru, berharap agar vonis terhadap game ini benar-benar ditimbang dan dikaji. Ditambahkannya, meskipun nantinya akan benar-benar dilarang secara resmi. Ia menginginkan agar alasan dan dasar pelarangan bisa tersosialisasi dan tersampaikan secara komprehensif (kalsel.prokal.co, 03/04/2019).  . Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan siap menyosialisasikan hasil kajian MUI pusat terkait fatwa haram bermain game smartphone Player Unknown Battle Ground's (PUBG),