Oleh: Nor Aniyah, S.Pd*
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun akibat kekurangan gizi, terutama pada 34 bulan atau 3 tahun pertama. Stunting mengakibatkan menghambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Pada skala makro, menurut World Health Organization (WHO), penyebab stunting sangat kompleks karena melibatkan berbagai sektor di sebuah negara. Selain itu, stunting juga bisa menjadi indikator dari pertumbuhan ekonomi politik, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, pertanian dan sistem pangan, serta kondisi lingkungan hidup di sebuah negara.
Tingginya angka stunting di Kalsel karena masih belum tercukupinya gizi pada sebagian besar anak-anak. Berdasarkan Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Provinsi Kalimantan Selatan untuk bayi stunting menunjukkan prevalensi yang cenderung fluktuatif. Dimana pada tahun 2015 balita stunting mencapai 37,25% dan menurun pada tahun 2016 menjadi 31,12% kemudian meningkat kembali pada tahun 2017 menjadi 34,15%. Karena itu, kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, intervensi kesehatan dalam penanggulangan stunting yang telah dilakukan diantaranya pemberian tambah darah untuk remaja putri dan ibu hamil, kelas ibu hamil, suplementasi vitamin A, promosi ASI Eksklusif, Promosi makanan pendamping ASI, suplemen gizi makro (PMT), imunisasi dan lain sebagainya terus dilakukan dan ditambah (banjarmasin.tribunnews.com, 04/04/2018).
Ini gambaran buruknya distribusi kebutuhan pokok ke seluruh masyarakat. Selain itu, faktor kemiskinan menjadi hal yang berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Sulitnya layanan kesehatan juga menjadi kendala. Akibatnya, kekurangan gizi pada masyarakat menjadi ancaman. Dan penyakit lain pun mudah berdatangan.
Dalam Peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-59, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan mengajak dan mengedukasi ibu dan anak untuk menekan rasio stunting di Banua, mengingat masih tingginya angka stunting di Kalsel. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, mengatakan, berdasarkan dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, stunting di Kalsel tercatat sebesar 33 persen yang jika dibandingkan dengan rata-rata nasional sedikit lebih tinggi yaitu 30 persen (redkal.com, 10/02/2019).
Program sensitif pendukung kesehatan masyarakat dari sektor lain seperti perbaikan lingkungan, jamban sehat dan ketersediaan pangan yang berkelanjutan juga dinilai menjadi faktor penting menekan angka stunting. Ketua TP PKK Provinsi Kalsel menjelaskan, pihaknya sebagai mitra pemerintah juga laksanakan berbagai program-program mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat termasuk fokus pada peran ibu dalam keluarga. Hal ini dilakukan dengan pendekatan kekeluargaan termasuk untuk membiasakan ibu membawa anaknya ke posyandu agar dapat mendeteksi stunting secara dini bahkan sejak tahap kehamilan (banjarmasin.tribunnews.com, 10/02/2019).
Stunting memang berhubungan erat dengan kondisi seorang ibu, terutama dalam masa kehamilan sampai dengan masa lima tahun pertama anaknya. Anak stunting penyebab utamanya adalah kurangnya asupan gizi. Mirisnya, hal ini terjadi di tengah potensi sumber daya alam yang berlimpah. Bahkan, negeri ini terkenal dengan alam yang subur. Namun, keterbatasan akses terhadap pangan, justru mengakibatkan balita mengalami stunting dan gizi buruk yang memprihatinkan. Inilah fakta, rezim dalam sistem Kapitalisme-Demokrasi hari ini yang telah gagal menyejahterakan masyarakat.
Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (TQS. An-Nisa: 9).
Dalam pandangan sistem Islam, negara wajib memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada rakyat. Salah satunya, memberikan asupan gizi yang cukup. Membuat kebijakan yang menjamin kesejahteraan bagi keluarga. Dalam hal ini, negara berperan penting untuk memperhatikan anak-anak negeri supaya tumbuh menjadi generasi yang kuat.
Kebutuhan pokok berupa pangan menjadi perhatian utama sebagai ukuran tercukupinya kebutuhan gizi masyarakat. Jika gizi masyarakat tercukupi, tentu kesehatan masyarakat akan bisa terwujud. Dan disinilah negara berperan dalam memastikan bahwa kebutuhan pokok masyarakat bisa terdistribusi secara merata. Dan kemiskinan bisa ditekan seminimal mungkin. Mekanisme zakat, infak dan sedekah juga menjadi bagian penting dalam upaya penyejahteraan masyarakat. Selain itu, layanan kesehatan dioptimalkan dan dijalankan dengan mudah dan tanpa bayaran.
Dalam sistem Islam, kesejahteraan tidak hanya tercukupi kebutuhan dasar (sandang, pangan, dan papan), namun juga didorong mampu meraih kebutuhan sekunder. Selain itu, negara secara langsung akan memenuhi kebutuhan pokok publik berupa layanan kesehatan terbaik, pendidikan berkualitas, dan keamanan bagi rakyat. Sehingga tak heran, akan terlahir anak-anak yang cerdas, kuat, dan siap menggenggam tongkat estafet kepemimpinan umat.[]
#PerubahanHakikidenganKhilafah
#HaramPilihPemimpinDzalim
#HaramPilihPemimpinAntiIslam
#HaramPilihPemimpinIngkarJanji
#HaramPilihPemimpinAntekAsingAseng
#JanganPilihPemimpinGagal
#KhilafahAjaranIslam
#IslamSelamatkanNegeri
--------
Follow, Like, Share, Comment
Muslimah Banua News
@muslimahbanuanews
Komentar
Posting Komentar