Oleh: Fathanah Mukhlisah*
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel menetapkan Kalsel siaga bencana banjir, longsor, puting beliung, dan gelombang pasang, akibat tingginya intensitas hujan dan perubahan cuaca yang ekstrem.
Menurut Kepala BPBD Kalsel, penetapan siaga darurat bencana karena sudah tiga dari 13 kabupaten dan kota di Kalsel yang sudah menyatakan siaga, yakni Tapin, Barito Kuala, dan Kabupaten Banjar. Penetapan siaga darurat ini sudah melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Kalimantan Selatan, dan berlaku mulai 1 Januari 2019 hingga 30 April 2019.
Dengan status siaga pihaknya sudah mendirikan beberapa posko, baik di daerah yang sudah menyatakan siaga maupun di kantor BPBD Kalsel sebagai posko utama (jejakrekam.com, 03/01/2019).
Untuk menetapkan status siaga darurat level provinsi, menunggu minimal ada dua kabupaten lebih dulu dilanda bencana alam dan berstatus siaga darurat. Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ia mencatat ketinggian air sudah melewati ambang batas yang memicu banjir. Kejadian serupa melanda sebagian kecamatan di Kabupaten Barito Kuala dan Banjar.
“Di Barito Kuala, Kecamata Jejangkit dan Kuripan permukaan air sudah naik. Di Kabupaten Banjar, Kecamatan Pengaron juga sudah ada bencana. Kabupaten lain menyusul proses, seperti Hulu Sungai Utara, Tapin, Tabalong, dan Balangan. Sekarang (status siaga darurat) dalam proses penandatanganan ke Pak Gubernur,” katanya.
Di awal tahun 2019, BMKG telah merilis potensi hujan lebat disertai angin kencang dan petir melanda Kalimantan Selatan. Potensi angin kencang dan hujan lebat di antaranya mengguyur Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Barito Kuala, Kota Banjarmasin, dan Kota Banjarbaru. Adapun prakiraan tinggi gelombang mencapai 2,5 meter di perairan selatan Kalimantan dan perairan selatan Kotabaru (m.kumparan.com, 01/01/2019).
Bencana ditilik dari sisi ilmu pengetahuan tak lepas dari fenomena alam. Rusaknya bumi salah satu pemicunya. Eksploitasi tambang yang sangat besar di Kalsel manjadi salah satu penyumbang kerusakan alam. Juga pembukaan perkebunan kelapa sawit skala besar turut memperparah kondisi alam di Kalsel.
Banjir, tanah longsor, tsunami, gempa bumi dan gunung meletus. Berbagai bencana yang beruntun terus menimpa negeri ini, bisa jadi teguran buat kita karena membuat aturan berdasarkan akal manusia yang terbatas. Di antaranya, mengelola kekayaan alam dengan cara yang semena-mena, dan mengabaikan aturan dari syariat Sang Pencipta.
Allah SWT berfirman: “Dan tidaklah suatu musibah itu terjadi, melainkan akibat perbuatan manusia itu sendiri.” (TQS. an-Nisa: 79).
Dalam ayat lain dinyatakan, “Dan takutlah kamu kepada bencana yang akan terkena bukan saja kepada orang yang dzalim diantara kamu, dan ketahuilah Allah itu maha keras dalam memberikan balasan.” (TQS. al-Anfal: 25).
Kita harusnya berkaca pada apa yang dilakukan Rasulullah Saw ketika menyikapi gempa di Madinah. Dikisahkan bahwa suatu kali terjadi gempa bumi di Madinah. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah belum saatnya bagimu.” Lalu Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)." Demikian juga apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ketika terjadi gempa di masa kekhilafahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, “Wahai manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian lakukan (dari maksiat kepada Allah)? Andaikata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”
Rasulullah Saw dan Khalifah Umar bin Khaththab mengajak rakyatnya untuk mengoreksi diri, padahal mereka tak pernah lalai dari ketaatan pada-Nya, tak sedikit pun meninggalkan syariah Islam. Lantas, saat ini ketika dalam banyak aspek kehidupan ternyata jauh dari tatanan Ilahi, akibat sekularisme. Nampaknya, kita harus lebih mawas diri. Bersegera melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya baik dalam skala individu, masyarakat maupun negara. Melakukan mengakhiri sistem rusak kapitalisme-sekular. Lalu menggantinya dengan sistem yang telah Allah SWT turunkan, yakni sistem Islam.
Harus disadari oleh umat bahwa bencana tak hanya karena fenomena alam semata. Tapi juga merupakan teguran dari Allah Swt kepada manusia yang senantiasa melalaikan perintah-Nya. Kemaksiatan yang merajalela juga bisa mendatangkan bencana dari Yang Maha Kuasa. Karenanya sudah saatnya kita kembali pada aturan-Nya, secara totalitas dan menyeluruh. Hal ini hanya bisa terwujud dalam institusi Khilafah ala minhaj an-nubuwwah.
Firman Allah SWT, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (TQS. Al-Araf : 96).
Wallahu a’lam.[]
*) Pemerhati Masalah Sosial Kemasyarakatan
--------
Follow, Like, Share, Comment
Muslimah Banua News
@muslimahbanuanews
Komentar
Posting Komentar