Oleh: Nor Aniyah, S.Pd
Sekarang sosial media telah menjadi kebutuhan hidup. Untuk berbagi kebaikan, ataupun meningkatkan penghasilan. Selain manfaat yang didapatkan dari sosial media ini, tak dipungkiri efek negatifnya juga dapat dirasakan.
Pengaruh media digital kini menjadi salah satu pemicu menjamurnya jalinan asmara via sosmed. Hingga rusaknya rumah tangga bisa diawali dari pertemanan pasangan dengan lelaki/perempuan bukan mahram. Akibatnya, kasus perceraian meningkat tajam, dan anak terlantar pun bermunculan.
Sosial media memang kerap membawa efek buruk terhadap kehidupan rumah tangga. Suami/istri tak terurus, anak terabaikan, bahkan cek-cok antar suami istri bisa saja terjadi. Tak jarang pula kita dapati perceraian menjadi pilihan bagi suami istri hanya karena pasangannya telah bermesraan dengan teman-teman dunia mayanya.
Mengapa semua ini bisa terjadi? Mengapa begitu mudah mereka melalaikan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim? Tak takutkah mereka akan dosa yang akan diterima kala maksiat terus dijalankan?
Rasulullah Saw bersabda: Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggungjawab terhadap pimpinannya, seorang pemimpin negara adalah pemimpin kepada rakyatnya dan ia bertanggungjawab terhadap mereka, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan ia bertanggungjawab terhadap pimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin ia bertanggungjawab terhadap rumah tangga suaminya dan ia bertanggungjawab terhadap pimpinannya.”
Bagi setiap orangtua, tentu tak bisa lepas dari tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya. Sebab, masalah anak akan diminta Allah SWT pertanggungjawabannya kelak di Hari Akhir. Apakah sudah serius mengurus amanah dalam keluarga dan mengasuh anak-anaknya ataukah belum?
Mengasuh anak merupakan sebuah kewajiban bagi orang tua. Pengasuhan anak tak boleh dilimpahkan kepada orang lain yang mengakibatkan sang anak terlantar, karena pengabaian atau kelalaian. Apalagi hanya karena sibuk bersosmed, sampai pengasuhan anak terlupakan. Tapi, inilah realita yang ada. Sosial media sungguh telah merebut kasih sayang orangtua kepada anak-anaknya.
Dengan kemampuan berpikir yang terbatas, maka anak-anak belum mampu memilih sesuatu yang baik atau buruk bagi dirinya. Orangtualah yang mengantarkan mereka pada pilihan jalan hidup yang benar. Apalagi ibu, dia adalah al-madrasatul ‘ula, pendidik pertama dan utama bagi anaknya. Jika para ibu lalai dalam pengasuhan dan pendidikan anaknya, tentu dosa akan menghampirinya. Mestinya para ibu harus memiliki rasa takut kepada Allah Swt jika mereka lalai dan abai terhadap pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya.
Takut kepada Allah atau khauf adalah rasa takut melanggar aturan-Nya. Karenanya, seorang muslim harus senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan yang dilarang-Nya. Takut kepada Allah SWT adalah sifat orang yang bertaqwa, dan merupakan bukti iman kepada-Nya.
Allah SWT berfirman: “Mereka takut kepada Rabb mereka yang berada di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (QS. An-Nahl: 50).
Allah SWT juga berfirman: “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (QS. Al-Anbiya: 90).
Takut kepada Allah memiliki peran sangat penting dalam kehidupan. Seseorang yang takut kepada-Nya, tentu dapat menjaga semua ucapan dan tindakan dari perbuatan tercela. Sebab, hal ini dapat mengantarkannya pada dosa dan siksa neraka. Termasuk pilihan untuk berselancar di sosial media. Apakah akan melalaikan kewajibannya? Ataukah justru melancarkan dakwah demi tegaknya Islam Kaffah.
Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluarga kalian dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan... (QS. at-Tahrim: 6).
Menanamkan rasa takut kepada Allah SWT, akan membuat seorang muslim merasa selalu diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berusaha menjaga perbuatannya. Di mana pun dan kapan pun. Saat di hadapan orang maupun tersembunyi. Ketika beraktivitas di dunia nyata atau pun saat berselancar di dunia maya.
Posisi sebagai seorang muslim, menyadarkan dirinya untuk terikat dengan hukum syara’. Ada amanah-amanah dalam keluarga yang wajib ditunaikan sebagai seorang istri atau suami. Dan ada sanksi pula ketika meninggalkan kewajiban tersebut.
Memang, buruknya sistem sosial di masyarakat Kapitalis saat ini telah merusak tatanan keluarga muslim. Keimanan dan rasa takut kepada Allah SWT semakin menyusut. Peran suami dan istri pun kadang tak lagi dijalankan sebagaimana harusnya. Rumah tangga dilandasi oleh materi semata. Tanpa ada nilai ruhiyah di dalamnya. Akibatnya, keluarga-keluarga muslim hancur. Juga menyisakan beragam kerusakan di tengah masyarakat. Jadi, keluarga muslim tak akan bisa menjadi keluarga ideal selama dinaungi sistem Kapitalis-Liberal.
Hanya sistem Islam dengan penerapan syariah secara kaffah yang dapat menjamin terpelihara takwa dan takut kepada Allah SWT. Dengan Islam, tatanan interaksi sosial akan terjaga , baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Dan kehidupan keluarga dapat berjalan dengan bahagia. Oleh karena itu, kembali pada sistem Islam saja lah satu-satunya solusi nyata menyelamatkan seluruh keluarga Muslim. []
#SaveTheFamily
#SelamatkanKeluarga
#أنقذوا_الأسرة
#keluargamuslim #banuasyariah #banjar #banjarmasin
--------
Follow, Like, Share, Comment
Muslimah Banua News
@muslimahbanuanews
@muslimahbanuanews
@muslimahbanuanews
Komentar
Posting Komentar