Langsung ke konten utama

Takut Ilahi Saat Terang dan Tersembunyi

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd*

Takut adalah fitrah pada diri manusia. Setiap orang memiliki rasa takut, seperti takut akan kehilangan orang yang dicinta, takut mati, takut miskin, dan sebagainya. Namun, hendaknya kita meletakkan takut sesuai porsi dan tempatnya.
Khauf (rasa takut) kepada Allah merupakan sebuah kewajiban sebagai Muslim. Takut kepada Allah SWT akan memandu hati kepada kebaikan dan menghalangi dari keburukan. Kesadaran hubungan kita dengan Allah SWT, membuat takut bermaksiat.

Akan tetapi, kenapa masih banyak orang yang dengan sadar melakukan hal yang dilarang Allah SWT? Meninggalkan perintah-Nya dan meremehkan ajaran Islam? Semua itu bisa terjadi karena minim rasa takut. Mereka lebih takut celaan manusia daripada siksa neraka.

Takut ketika di hadapan manusia, sedangkan ketika tiada yang melihat maka kita tergoda berbuat maksiat. Maka tidak heran banyak terjadi kejahatan. Seperti: pembegalan di jalanan sunyi, remaja melakukan seks bebas di kamar kost, pejabat korupsi uang rakyat, dan berbagai kriminalitas yang kian merajalela. Ini karena telah teracuni pandangan hidup (mabda) Kapitalisme dengan akidah sekularisme, yang menjauhkan agama dari kehidupan. Mabda inilah yang tengah diterapkan di tengah kehidupan.

Kita lihat, negara Amerika Serikat sebagai negara sekuler pertama yang menerapkan Mabda Kapitalisme. Tampak rapi, tertib, taat aturan. Tapi, hal itu hanyalah penampakan luaran. Terdapat kerusakan di dalam, khususnya moral remaja dan masyarakatnya. 
Negara ini pernah mengalami bencana saat listrik padam di tahun 1977. Pemadaman listrik itu mempengaruhi sebagian besar kota New York pada tanggal 13-14 Juli 1977. Sebelumnya New York juga pernah mengalami pemadaman listrik yaitu di area Timur laut pada tahun 1965 dan 2003. Tetapi, pemadaman tahun 1977 menghasilkan hal yang sangat parah berupa penjarahan di seluruh kota dan gangguan lainnya. Perampokan dan perusakan melingkupi 31 lingkungan di kota New York. Tiga puluh lima blok dari Broadway hancur, 134 toko dijarah, dan 45 darinya dibakar. Kejadian mati lampu tersebut dikenal sebagai New York City Black Out 1977.”

Seorang Muslim akan sentiasa mengingat Allah SWT kapanpun dan di manapun. Saat siang ataupun malam. Baik terang maupun gelap. Sadar ada yang Maha Mengetahui, sehingga tidak perlu CCTV untuk mengawasi. Ia hanya takut pada Allah SWT.

Banyak dalil Al-Qur'an menjelaskan kewajiban takut kepada Allah SWT di antaranya: "Dan hanya kepada-Ku lah kamu harus takut (tunduk)." (TQS. Al- Baqarah [2]: 40).

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adualah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, ..." (TQS. Al-Anfal [8]: 2).

"Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)-Nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan kami tiadalah mengundur-kannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Dikala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih)." (TQS. Hud [11]: 102-106).

Adapun kewajiban memiliki rasa takut berdasarkan as-Sunah dan Atsar, dapat dilihat dari apa yang disebutkan langsung (manthuq) atau berdasarkan mafhum dari hadits-hadits.

Diriwayatkan dari an-Nu'man bin Basyir ra katanya; aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya azab yang paling ringan dari penghuni neraka pada hari kiamat ialah seorang yang diletakkan pada kedua telapak kakinya sepotong bara api yang menyebabkan otaknya mendidih." (Mutafaq 'alaih).

Semakin berilmu mestinya semakin takut kepada Allah SWT. Karena, seorang yang berilmu semakin terbuka kebenaran di hadapannya. Semakin mengenal Rabb-nya dan semakin dekat kepada Allah Taala, akan semakin besar pula rasa takut kepada Allah SWT.

Abu Hurairah ra dari Nabi saw tentang perkara yang diriwayatkan beliau dari Tuhannya. Allah berfirman: "Demi kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan memberikannya rasa aman di hari kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut kepadanya di hari kiamat." (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya).

Abdullah bin Mas'ud menceritakan dua hadits, salah satunya berasal dari Nabi saw dan satu lagi dari dirinya sendiri ia berkata: "Sesungguhnya orang yang beriman akan melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berdiri di bawah gunung. Ia takut (dosa itu) jatuh menimpanya. Sedangkan orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang menghampiri hidungnya, kemudian ia berkata mengenai dosanya, 'Seperti inikah?' Abu Syihab berkata dengan tangannya -yang diletakkan- di atas hidungnya." (HR. Al-Bukhari).

Dari Usamah bin Syarik, ia berkata; Rasulullah saw bersabda: "Apa-apa yang tidak disukai Allah darimu, maka janganlah engkau kerjakan, (meskipun) sedang sendirian. (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya).

Dari Abdullah bin Amru, ia berkata: Ditanyakan kepada Rasulullah saw, manusia manakah yang paling utama? Rasulullah saw bersabda, "Orang yang bening hatinya dan jujur lisannya." Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah! Kami sudah mengetahui maksud 'jujur lisannya', namun apa yang dimaksud dengan 'bening hatinya'?" Rasulullah saw bersabda, "Adalah hati yang takut (kepada Allah) dan bersih. Di dalamnya tidak ada dosa, sifat jahat, kedengkian, dan iri." (Al-Kinani berkata, "Sanad hadits ini shahih." Al-Baihaki meriwayatkannya dalam kitab Sunan-nya dengan bentuk seperti ini).

Kita bisa mencontoh kisah sejarah tentang pentingnya rasa takut kepada Allah SWT pada diri penguasa dan rakyatnya. Khalifah Umar bin Khattab begitu terkesan mendengar percakapan antara seorang ibu yang menyuruh putrinya.

Tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini tak ada yang keluar dan melihat. Khalifah Umar pun tidak akan tahu, kata sang ibu.
Bu, meskipun tiada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita, tapi Allah SWT tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita, jelas putrinya.

Takut kepada Allah menuntut Muslim bersungguh melaksanakan kewajiban yang diperintahkan-Nya. Takut ini akan memotivasi semangat beribadah dan berdakwah. Takut yang tertanam kuat dalam hati akan menyelamatkan diri dari tipu daya kesenangan dunia sesaat. Dengan rasa takut ini, akan menimbulkan pengharapan akan ampunan (maghfirah), pertolongan serta rahmat dan ridha-Nya semata saat melakukan setiap perbuatan. Kita selalu takut kepada Allah SWT ketika di tengah kerumunan ataupun dalam kesunyian.[]

*) Pemerhati Masalah Sosial dan Remaja, Penulis dari Komunitas Muslimah Banua Menulis.
Berdomisili di Hulu Sungai Selatan (HSS), KalSel.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Perempuan Mengembalikan Kepemimpinan Islam

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd* Perempuan dan anak pun menjadi kelompok yang paling rentan terhadap tindak kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Problematika yang kompleks dan memilukan yang dialami kaum perempuan hari ini merupakan buah diterapkan sistem bathil, Kapitalisme-Demokrasi. Fakta yang ada, menunjukkan sistem ini telah mengeksploitasi kaum perempuan di seluruh dunia demi menghasilkan pendapatan negara dan melipatgandakan keuntungan bisnis para Kapitalis.  Tak peduli bila harus mengorbankan kehormatan dan kesejahteraan perempuan. Sistem Kapitalis-Sekuler telah membawa seluruh manusia ke dalam kesengsaraan, termasuk juga kaum perempuan. Sebab, Kapitalisme hanya mengukur partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa sekadar dari kontribusi materi.  Rasulullah Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu merupakan perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya dan berlindung dengan (kekuasaan)-nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll). Sayangn

Kumpulan Cerpen "Muslimah Banua Menulis": Candy Love

Dunia remaja memang kaya warna. Kelip-kelip kenangan memancar dalam ingatan, sulit terlupa meski usia beranjak dewasa. Masa sarat potensi, kejar prestasi, penuh dorongan ingin mengabdi pada Allah Yang Maha Suci, tentunya tak luput dari tantangan. Pengorbanan meraih cita, tertatih menggenggam asa, tertuang dengan jernih dalam nuansa kumpulan cerita pendek ini. Kadang nasihat dirasa menjemukan. *Candy Love* hadir untuk berkaca, merenungi sekelumit kisah hidup, untuk mematut diri, sudahkah cukup hiasan diri, menjadi remaja muslimah sejati. *Candy Love* adalah karya persembahan penulis-penulis muslimah muda Banua(Kalsel). Mencoba merangkai kata, menyentuh rasa, menggugah pemikiran agar remaja muslim bangkit, mengembangkan potensi diri, berkiprah 'tuk prestasi dunia-akhirat, serta menyumbangkan segenap pikiran dan tenaga untuk kebaikan umat. #MuslimahBanuaMenulis

Game Online dan Nasib Generasi

O leh: Fathanah Mukhlisah, S.Pd (Pemerhati Sosial dan Pendidikan) . Akhir-akhir ini, publik dihebohkan dengan kontroversi game online PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG). Pasalnya, game yang satu ini mencuat lantaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat akan melabelinya dengan fatwa haram. Kontroversi game PUBG awalnya mencuat lantaran dikaitkan dengan aksi berdarah penembakan oleh teroris di masjid Selandia Baru. Puluhan nyawa melayang akibat aksi sadis tersebut. . Terkait hal ini, Sekretaris Komisi III DPRD Banjarbaru, berharap agar vonis terhadap game ini benar-benar ditimbang dan dikaji. Ditambahkannya, meskipun nantinya akan benar-benar dilarang secara resmi. Ia menginginkan agar alasan dan dasar pelarangan bisa tersosialisasi dan tersampaikan secara komprehensif (kalsel.prokal.co, 03/04/2019).  . Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan siap menyosialisasikan hasil kajian MUI pusat terkait fatwa haram bermain game smartphone Player Unknown Battle Ground's (PUBG),