Langsung ke konten utama

Pendidikan Plus Keteladanan


Oleh: Nor Aniyah, S.Pd

Dunia pendidikan kita sempat kembali menjadi sorotan. Menyangkut keteladanan guru sebagai sosok panutan siswa tercoreng. Seperti kata pepatah, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Bila guru sudah begitu, siswa apalagi.

Kejadian itu bermula, ketika KS bertanya kenapa iuran PU belum dibayar. Mendengar ucapan KS, kelima siswi itu pun tidak bisa berkata-kata, mereka hanya bisa diam sembari mendengarkan ocehan dari oknum guru itu. KS malah mengeluarkan kalimat: "Jual saja diri kalian ke JB (nama salah satu tempat hiburan malam di Padangsidimpuan), supaya tunggakan kalian ini bisa lunas."

Setelah keluar dari ruangan, sejumlah siswi langsung menangis karena ucapan dari oknum guru itu menyakiti dan merendahkan martabat mereka. Awalnya, para siswi itu takut mengungkapkan yang dialami mereka, karena mereka tidak mau berurusan dengan pihak sekolah. Keberanian kelima siswi tersebut mengungkap perlakuan guru itu muncul setelah salah seorang siswi, di sekolah itu nekat bunuh diri dengan cara minum racun rumput karena mengalami kekerasan verbal juga. Sebelum bunuh diri, Amelya diduga juga mendapat intimidasi dari KS (http://m.jpnn.com/news/begini-kronologi-guru-suruh-siswi-smk-jual-diri-menyedihkan).

Sungguh ironis! Guru kok bisa melakukan hal itu? Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Di mana peranan guru sangatlah penting dalam dunia pendidikan, karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya (http://kompetensi.info/kompetensi-guru/definisi-guru-menurut-undang-undang.html).

Guru merupakan teladan bagi siswa. Segala tindak-tanduknya sangat diperhatikan. Jangan heran, bila ada yang diberi cap tertentu oleh siswa, sebagai “guru agamis,” “guru modis,” “guru galak” dan lain-lain, karena sikap dan perkataannya. Sehingga siswa pun terkadang meniru dan mencontoh sikap sang guru. Namun tak jarang, ada guru yang lupa, apakah telah mencontohkan yang baik ataukah yang buruk pada siswa?

Memang, dalam cengkraman sistem Kapitalis sekuler saat ini, sistem pendidikan  juga turut memisahkan dien (Islam) dari ilmu pengetahuan. Tak ayal membuat pendidikan kering dari nilai ruhiyah dan nilai keteladanan. Sistem pendidikan melahirkan manusia yang sekedar mampu bersaing dalam dunia kerja dengan menghalalkan segala cara. Terlebih, dalam sistem sekuler, kualifikasi guru lebih ditekankan pada kemampuan menyampaikan materi ajar, sementara kepribadian dan keteladanan tidak menjadi perhatian penting. Sehingga tidak sedikit guru mencontohkan perilaku buruk dan melakukan kekerasan fisik maupun  verbal. Pendidikan sekuler telah melahirkan guru yang miskin keteladanan.

Sangat kontras dengan amanat ajaran Islam. Guru-guru tampil menjadi teladan terdepan. Pendidikan benar-benar dilaksanakan untuk mendidik. Hingga tak heran, melahirkan generasi berkualitas.

Posisi seorang guru begitu istimewa. Imam Al-Ghazali mengatakan Siapa saja yang berilmu dan mengajarkannya, maka ia disebut orang besar di segenap penjuru langit. 

Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah, malaikat serta penghuni langit dan bumi sampai-sampai semut yang berada di sarangnya dan juga ikan senantiasa memintakan rahmat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. (HR. at-Turmudzi).

Keemasan peradaban Islam dalam naungan kenabian hingga masa Kekhilafahan sungguh mengagumkan. Murid tak sekadar ahli membaca, menulis, dan berhitung untuk menjawab soal-soal, tapi mereka juga mampu memecahkan permasalahan kehidupan dan mengukir peradaban.

Dalam Islam menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap orang. Sehingga Khilafah berkewajiban menyediakan segala hal yang dibutuhkan agar setiap orang memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya, baik Muslim maupun non-Muslim. Di antaranya pada masa Kekhilafahan Abbasyiyah di Baghdad, negara menyediakan hadiah bagi semua yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Sehingga di masa itu, ilmu pengetahuan mengalami puncak perkembangan yang gemilang. Khalifah Munthashir, mendirikan sekolah Al-Munthashiriyyah gratis. Siswa mendapatkan beasiswa pendidikan, kehidupannya dijamin, serta di fasilitasi dengan perpustakaan yang lengkap  dengan fasilitas kertas-kertas dan tinta gratis, pemandian dan RS bagi siswa yang sakit. Bahkan pada masa  Khalifah Harun Al Rasyid beliau mengambil kebijakan barangsiapa menghafal Quan dan gemar menuntut Ilmu, maka ia berhak mendapatkan 1000 Dinar. Dengan demikian, tak akan pernah terdengar "siswa terkendala biaya." Kesejahteraan guru pun dijamin negara. Karena dalam Islam, Khilafah berkewajiban menjamin pendidikan terbaik untuk seluruh rakyatnya.

Sistem Islam menempatkan guru sebagai sumber materi dan pemberi teladan (qudwah), karena yang diharapkan adalah lahirnya output generasi yang berkepribadian mulia dan berkompetensi juara. Guru mempunyai posisi mulia yaitu mengembalikan generasi untuk memahami hakikat keberadaannya sebagai hamba Allah SWT dan menjadi bagian dari masyarakat yang bermartabat.

Sebagai pendidik generasi, kita semua terutama para guru mestinya berkaca pada sirah Nabawiyah, untuk mengetahui bagaimana Rasulullah SAW memberikan teladan dalam proses pendidikan. Menurut syariat Islam, tujuan pendidikan adalah 1) membentuk generasi yang memiliki iman yang kokoh dengan syakshiyah Islamiyah, 2) menguasai tsaqafah Islam,  iptek dan memiliki skills yang berdayaguna dalam kehidupan 3) mampu menyelesaikan setiap persoalan kehidupan serta memiliki kepedulian terhadap Ummat. Karena itu, peran penting guru tidak hanya sebatas sebagai penyampai materi pelajaran (tranfer of knowledge), tetapi juga sebagai pembimbing dalam memberikan keteladan (uswah) yang baik (transfer of values). Guru harus memiliki kepribadian Islam yang baik agar mampu menjadi panutan.

Kita perlu mengingat kisah Muawiyah bin al-Hakam, r.a. saat ia mengikuti sholat jamaah dan ia belum tahu bahwa berbicara ketika sholat itu diharamkan.  Seorang sahabat bersin, kemudian ia menegurnya, sahabat lain mengingatkannya dengan isyarat, namun ia tidak faham dan melanjutkan kalimatnya. Ketika sholat usai, Rasulullah SAW memanggilnya, Muawiyah pun menghampiri dengan ketakutan, kemudian bersabda Rasulullah dengan kelembutan: “ Saat sedang sholat, tidak boleh terjadi apapun dari ucapan manusia, selain tasbih, tahmid dan bacaan Quran...  Muawiyah mengomentari perbuatan Rasulullah SAW dengan mengatakan: “Demi Ayah dan Ibuku, belum pernah aku melihat pengajaran terbaik dan paling santun selain dari pengajaran Baginda Rasulullah SAW.”  Seperti itulah kesabaran dan kasih sayang Rasulullah SAW, suri tauladan dan guru yang seluruh ucapan dan perbuatannya adalah pengajaran.

Benarlah, kiranya bahwa guru berkualitas adalah guru yang mendidik dengan cinta sehingga menjadi inspirasi bagi anak didiknya. Guru berkualitas adalah guru yang selalu mendoakan anak didiknya setiap saat agar sukses dunia akhirat. Guru berkualitas adalah guru yang berkepribadian Islam, agar mampu membentuk anak didik berkepribadian Islam pula. Karenanya, para guru wajib membina diri dengan Islam terlebih dahulu, agar layak menjadi teladan terbaik bagi anak didiknya. Namun, tak cukup hanya ini, kita pun memerlukan “habitat yang mendukung hidupnya sistem pendidikan Islam, yaitu dengan tegaknya sistem Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyah berdasarkan manhaj kenabian.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Perempuan Mengembalikan Kepemimpinan Islam

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd* Perempuan dan anak pun menjadi kelompok yang paling rentan terhadap tindak kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Problematika yang kompleks dan memilukan yang dialami kaum perempuan hari ini merupakan buah diterapkan sistem bathil, Kapitalisme-Demokrasi. Fakta yang ada, menunjukkan sistem ini telah mengeksploitasi kaum perempuan di seluruh dunia demi menghasilkan pendapatan negara dan melipatgandakan keuntungan bisnis para Kapitalis.  Tak peduli bila harus mengorbankan kehormatan dan kesejahteraan perempuan. Sistem Kapitalis-Sekuler telah membawa seluruh manusia ke dalam kesengsaraan, termasuk juga kaum perempuan. Sebab, Kapitalisme hanya mengukur partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa sekadar dari kontribusi materi.  Rasulullah Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu merupakan perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya dan berlindung dengan (kekuasaan)-nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll). Sayangn

Kumpulan Cerpen "Muslimah Banua Menulis": Candy Love

Dunia remaja memang kaya warna. Kelip-kelip kenangan memancar dalam ingatan, sulit terlupa meski usia beranjak dewasa. Masa sarat potensi, kejar prestasi, penuh dorongan ingin mengabdi pada Allah Yang Maha Suci, tentunya tak luput dari tantangan. Pengorbanan meraih cita, tertatih menggenggam asa, tertuang dengan jernih dalam nuansa kumpulan cerita pendek ini. Kadang nasihat dirasa menjemukan. *Candy Love* hadir untuk berkaca, merenungi sekelumit kisah hidup, untuk mematut diri, sudahkah cukup hiasan diri, menjadi remaja muslimah sejati. *Candy Love* adalah karya persembahan penulis-penulis muslimah muda Banua(Kalsel). Mencoba merangkai kata, menyentuh rasa, menggugah pemikiran agar remaja muslim bangkit, mengembangkan potensi diri, berkiprah 'tuk prestasi dunia-akhirat, serta menyumbangkan segenap pikiran dan tenaga untuk kebaikan umat. #MuslimahBanuaMenulis

Game Online dan Nasib Generasi

O leh: Fathanah Mukhlisah, S.Pd (Pemerhati Sosial dan Pendidikan) . Akhir-akhir ini, publik dihebohkan dengan kontroversi game online PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG). Pasalnya, game yang satu ini mencuat lantaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat akan melabelinya dengan fatwa haram. Kontroversi game PUBG awalnya mencuat lantaran dikaitkan dengan aksi berdarah penembakan oleh teroris di masjid Selandia Baru. Puluhan nyawa melayang akibat aksi sadis tersebut. . Terkait hal ini, Sekretaris Komisi III DPRD Banjarbaru, berharap agar vonis terhadap game ini benar-benar ditimbang dan dikaji. Ditambahkannya, meskipun nantinya akan benar-benar dilarang secara resmi. Ia menginginkan agar alasan dan dasar pelarangan bisa tersosialisasi dan tersampaikan secara komprehensif (kalsel.prokal.co, 03/04/2019).  . Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan siap menyosialisasikan hasil kajian MUI pusat terkait fatwa haram bermain game smartphone Player Unknown Battle Ground's (PUBG),