Oleh: Nor Aniyah, S.Pd
"Allahumma shayyiban naafi'aa.. Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang lebat dan bermanfaat.. Aamiin..." Suara merdu seorang gadis kecil usia TK terdengar ceria, melafalkan doa yang baru dihapalkan sembari menunggu hujan reda di teras rumahnya. Sebuah doa tulus, keluar dari hati yang murni. Rasa syukur bahagia, tergambar di wajahnya.
Kini musim kemarau telah berganti. Alam menunjukkan pergeseran. Saat pohon-pohon mulai berbunga dan siap untuk berbuah, sekarang tiba masa akan tercurah. Gumpalan awan tebal dengan gemuruh. Langit mulai menampakkan gelap. Air pun gugur bergulir. Inilah saat musim hujan tergelar.
Tetesan bening membasahi bumi. Tidak hanya satu wilayah saja, juga terjadi di titik-titik yang berbeda secara bersamaan. Tak jarang mengakibatkan luapan yang tak berhingga. hingga tak terkendali. Air merembes ke ruas jalan. Menghambat laju kendaraan. Air masuk ke dalam rumah penduduk. Menghanyutkan harta benda dan mendatangkan bahaya, bahkan kerap merenggut nyawa.
"Tahun 2016 adalah tahun bencana. Berdasarkan data sementara selama tahun 2016, hingga 11 November 2016 tercatat 1.985 kejadian bencana," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Minggu (13/11/2016).
Menurut Sutopo, jumlah ini diprediksi terus bertambah karena curah hujan akan terus meningkat selama November hingga Desember mendatang. Dengan demikian, banjir, longsor dan puting beliung diprediksi akan terus terjadi di berbagai wilayah. Selain itu, belum semua kejadian bencana yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) belum dilaporkan ke BNPB.
Jumlah kejadian bencana sebanyak 1.985 bencana ini adalah rekor tertinggi yang pernah terjadi sejak 10 tahun terakhir. Sebagai perbandingan jumlah kejadian bencana selama 10 tahun terakhir adalah tahun 2007 (816 bencana), 2008 (1.073), 2009 (1.246), 2010 (1.941), 2011 (1.633), 2012 (1.811), 2013 (1.674), 2014 (1.967), dan 2015 (1.677).
"Dampak yang ditimbulkan bencana selama tahun 2016 adalah 375 orang tewas, 383 jiwa luka-luka, 2,52 juta jiwa menderita dan mengungsi, dan lebih dari 34 ribu rumah rusak. Diprediksi dampak bencana ini akan terus bertambah," Sutopo menekankan.
Dari 1.985 bencana, bencana banjir adalah yang paling banyak terjadi, yaitu 659 kejadian. Selanjutnya berturut-turut adalah puting beliung 572 kejadian, longsor 485, kebakaran hutan dan lahan 178, kombinasi banjir dan longsor 53, gelombang pasang dan abrasi 20, gempa bumi 11, dan erupsi gunung api 7 kejadian (Liputan6.com. 13/11/2016).
Sejatinya, hujan adalah anugerah dari Tuhan. Peristiwa alam yang sangat menakjubkan. Terdapat nikmat dan berkah bersama turunnya dari langit. Banyak terdapat ayat Al-Quran yang menerangkan tentang berkah ini. Di antaranya, firman Allah SWT:
"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (TQS. Al-Baqarah [2]: 22).
Akan tetapi, apakah hujan juga membawa musibah? Terlihat wajah murung banyak orang. Tidak suka hujan. Sebagian kita yang malang terkena ujian. Bisa jadi ini adalah teguran untuk kita semua. Kita telah sengaja menjauhkan pengaturan alam dari petunjuk Allah SWT.
Penyebab utamanya adalah karena kesalahan dalam mengelola. Yaitu pengelolaan tata kota, pengelolaan lahan, eksploitasi lahan dan SDA tidak sesuai fungsinya. Pengelolaan untuk menjalankan kepentingan bisnis para pemilik modal. Semua orang kecil yang harus jadi tumbal.
Ini bermula dari ulah tangan manusia. Yang tidak mengelola alam dengan benar. Ketamakan para kapitalis, persekongkolan penguasa dan pengusaha yang akibatnya menimbulkan petaka. Mengelola kekayaan alam untuk kepentingan pribadi dan golongan, berpaling dari aturan sistem pengelolaan yang telah digariskan oleh-Nya.
Mulai dari keteledoran dalam membuang sampah dan zat sisa industri/perusahaan. Penebangan pohon dan pengerukan pegunungan. Pengalihan fungsi daerah resapan menjadi area perumahan atau pusat perbelanjaan. Sampai pengerukan sumber daya alam seperti tambang oleh pihak yang tak berwenang. Bertentangan dengan yang seharusnya. Padahal, pengelolaan yang demikian, menurut syariah haruslah berada di tangan penguasa untuk kesejahteraan rakyatnya, bukan diserahkan pada pihak asing dan swasta.
Hujan sudah berjalan sesuai dengan sunnatullah. Tak ada yang kuasa membendung atau menahan saat datang. Menjadi fungsi sungai dan laut untuk menampung, serta pohon dan permukaan tanah untuk menyerap air hujan. Namun, manusia merusak sunatullah yang ada. Yang akhirnya, berdampak pada bahaya bagi manusia. Rusaknya lingkungan dan bermunculan gejala bencana alam. Kita harus ber-muhasabah. Hujan itu sebenarnya penuh berkah, kenapa malah jadi musibah?
Allah SWT menerangkan pada kita:
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (TQS. Ar-Rūm [30]: 41)
Patut kita renungi, ini hanya satu contoh akibat diabaikannya hukum Ilahi. Sungguh, selain itu masih banyak lagi aturan-Nya yang dilanggar saat ini. Bila memang ini adalah caranya untuk menegur kita, maka alangkah baiknya kita kembali pada jalan-Nya.
Mari kita membuka mata. Ternyata dulu pernah ada masa ketika sistem Pencipta diterapkan empat belas abad lamanya. Semua makhluk di bumi pun mendapatkan kerahmatan. Layaknya, hujan yang dinantikan padang gurun. Yakni, ketika diterapkan aturan Pencipta yang sempurna di tengah kehidupan, yaitu sistem Islam secara kaffah oleh Khilafah.
Dari Abu Zur'ah, dari Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, "Satu hadd (hukuman) yang ditegakkan di muka bumi adalah lebih baik untuk manusia daripada mereka diguyur hujan tiga puluh atau empat puluh pagi." (HR. Ahmad).
Tentu, kita ingin sistem Allah yang digunakan untuk mengatur
segala aspek kehidupan. Termasuk pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan syariah. Karena hanya dengan aturan Allah, apapun yang ada di bumi termasuk hujan akan membawa berkah. Tak hanya bagi kelangsungan hidup manusia tapi juga untuk seluruh makhluk di alam semesta.[]
(*Alumni STKIP Banjarmasin, Jurusan Pendidikan Biologi.
Komentar
Posting Komentar