Langsung ke konten utama

Cinta Ulama, Cinta Syari'at-Nya

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd*


Haul ke-14 KH Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul dihadiri oleh jamaah dari berbagai daerah bahkan mancanegara, yang digelar puncaknya pada Minggu (10/3/2019). Lurah Sekumpul pun, menghimbau jamaah yang hadir bersama-sama menjaga kebersihan (banjarmasin.tribunnews.com, 01/03/2019).


Sebelumnya, mendekati haul Guru Sekumpul, telah disediakan sejumlah penginapan gratis bagi jamaah yang hadir dari berbagai pelosok. Informasi terakhir, penginapan haul ke-14 tinggal sisakan 18 lokasi (banjarmasin.tribunnews.com, 01/03/2019). 


Selain itu, sebelumnya kondisi jalan nasional A Yani di Kabupaten Balangan semakin rusak parah, banyak lubang menganga di sepanjang jalur. Masyarakat setempat pun mengeluh, terlebih jemaah haul Guru Sekumpul pasti akan melintasi jalan ini. Menindaklanjuti keluhan masyarakat terhadap rusak parahnya jalan nasional A Yani di Kabupaten Balangan, pemerintah daerah setempat melalui Dinas PU, Selasa (5/3) melakukan penambalan jalan yang berlubang (kalsel.prokal.co, 05/03/2019).


Hubungan ulama dan umat Islam kini makin terbangun kuat. Gambaran kecintaan umat terhadap ulama mampu menyatukan mereka. Dari berbagai pelosok Banua berbondong-bondong datang. Bahu-membahu membantu, memudahkan terlaksanannya kegiatan tersebut. 


Ulama adalah sosok mulia, yang berjuang di jalan agama. Mensyiarkan Islam pada umat. Agar berpegang pada kebenaran Al-Quran dan As-Sunnah. Rasulullah Saw bersabda: "Permisalan ulama di muka bumi seperti bintang yang ada di langit. Bintang dapat memberi petunjuk pada orang yang berada di gelap malam di daratan maupun di lautan. Jika bintang tak muncul, manusia tak mendapatkan petunjuk." (HR. Ahmad).


Hadits tersebut menunjukkan betapa penting peran ulama bagi seluruh manusia. Peran ulama adalah menjaga umat dari kebodohan yang mengakibatkan maksiat dan kerusakan di muka bumi. Ulama berperan mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu kepada umat agar dapat berilmu dalam beramal. Maka, sudah selayaknya, kaum Muslim cinta pada para ulama.


Akan tetapi, cinta bukan hanya sekedar pengakuan saja, cinta butuh pembuktian. Cinta ulama tak cukup dengan mengaguminya, tapi lebih utama melaksanakan ilmu yang telah diajarkannya. Mencintai ulama berarti meneruskan amal pada setiap nasihat ulama. Mengamalkan segala ilmu yang ulama sampaikan, yakni syariah yang berasal dari Rasulullah Saw. Mengambil dan menerapkan syariah secara sempurna (kaffah) baik dalam level pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara. 


Hujjatul Islam Imam al-Ghazali al-Asy’ari asy-Syafi’i, di dalam Ihya Ulumuddin (I/5) menjelaskan, Nabi saw bersabda, "Ulama adalah pewaris nabi." (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibn Hibban). 


Ulama adalah pewaris para Nabi, sehingga masa depan apa yang ditinggalkan oleh Nabi Saw tergantung pada ulama saat ini. Seperti inilah kedudukan ulama dalam pandangan Islam. Ulama menjadi panutan, rujukan dan uswah bagi umat. Khususnya, dalam aktivitas dakwah mengembalikan tegaknya sistem Islam. 


Dakwah kepada 'amar ma’ruf nahi mungkar sebenarnya merupakan kewajiban bagi setiap kaum Muslim, baik itu terhadap sesama masyarakat maupun penguasa. Karena 'amar ma’ruf nahi mungkar ini membutuhkan ilmu, maka tugas ini biasanya banyak diemban oleh para ulama. Apalagi para ulama hakikatnya adalah orang yang hanya takut kepada Allah SWT. Karenanya, mereka selalu terdepan dalam melaksanakan 'amar maruf nahi mungkar, termasuk muhasabah kepada penguasa. Hal inilah, yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah Saw, tabiin, dan juga para ulama setelahnya. Mereka kerap berhadapan dengan penjara, bahkan rela kehilangan nyawa untuk membela yang al-haq (kebenaran).


Saat ini, di dalam naungan sistem Kapitalisme-Sekular, agama semakin dijauhkan dari politik dan pengaturan publik. Umat dibuat apolitis. Lalu, Sekularisme memberangus fungsi dan peran ulama. Akibatnya, tak jarang ulama pun tidak lagi berperan signifikan dalam masyarakat dan negara, terutama dalam mengkritisi pengaturan urusan umat.  


Memang, ada upaya memarginalisasi peran ulama dari ranah politik dan negara. Bahkan, ulama hanya dimanfaatkan kaum Kapitalis (pemilik modal) untuk meraih kekuasaan. Hingga banyak hukum syariah yang malah diabaikan. Sementara, kondisi kaum Muslim pun kian hari makin terpuruk, tertinggal di segala bidang, dan kehilangan kemuliaan.


Umat harus segara bangkit dari keterpurukan ini. Dalam menghadapi hal ini, kita perlu membuka mata dan kesadaran akan makna hakiki cinta pada ulama. Yaitu, meneruskan perjuangan mulia para ulama. Membangkitkan pemahaman umat tentang perlunya kehadiran para ulama, yang menjadikan Islam sebagai pegangan dalam setiap mengeluarkan pendapat. Karena posisi ulama sebagai pewaris nabi yang menjadi panutan bagi umat. 


Jadi, di momen yang berharga ini, bagaimanakah membuktikan cinta kita pada ulama? Langkah nyatanya, adalah dengan menjadikan para ulama radhiyallahu anhum yang hanif (lurus) sebagai panutan. Kemudian, sadarilah tugas kita bersama, menjadikan kaum muslim paham dan ikut bergerak berjuang. Berada terdepan dalam barisan  ulama untuk menunaikan kewajiban syari. Yakni, bergabung dalam dakwah melakukan amar ma'ruf nahi mungkar dan menyerukan sistem Islam kembali ke tengah kehidupan.[] 


#Sekumpul #Haulke14 #HaulGuru #Martapura #CintaUlama #opini #BanuaSyariah #Kalsel

-----------


#PerubahanHakikidenganKhilafah

#HaramPilihPemimpinDzalim

#HaramPilihPemimpinAntiIslam 

#HaramPilihPemimpinIngkarJanji

#HaramPilihPemimpinAntekAsingAseng

#JanganPilihPemimpinGagal

#KhilafahAjaranIslam

#IslamSelamatkanNegeri


--------


Follow, Like, Share, Comment

Muslimah Banua News

@muslimahbanuanews

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Perempuan Mengembalikan Kepemimpinan Islam

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd* Perempuan dan anak pun menjadi kelompok yang paling rentan terhadap tindak kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Problematika yang kompleks dan memilukan yang dialami kaum perempuan hari ini merupakan buah diterapkan sistem bathil, Kapitalisme-Demokrasi. Fakta yang ada, menunjukkan sistem ini telah mengeksploitasi kaum perempuan di seluruh dunia demi menghasilkan pendapatan negara dan melipatgandakan keuntungan bisnis para Kapitalis.  Tak peduli bila harus mengorbankan kehormatan dan kesejahteraan perempuan. Sistem Kapitalis-Sekuler telah membawa seluruh manusia ke dalam kesengsaraan, termasuk juga kaum perempuan. Sebab, Kapitalisme hanya mengukur partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa sekadar dari kontribusi materi.  Rasulullah Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu merupakan perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya dan berlindung dengan (kekuasaan)-nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)...

"No, Comment!" Boleh Nggak Ya?

by Nor Aniyah Pernah dengar nggak reaksi orang-orang kalau ditanya atau dimintai tanggapan? Biasanya sih banyak di antara mereka yang bilang, "No, comment.. No, comment!" Sebenarnya apa sih artinya itu? Nah, biasanya neh "No, comment" ini artinya identik dengan "nggak ada komentar deh." Oke, oke aja. Atau "terserah kamu saja deh!" Ini bisa jadi terkesannya, kamu-kamu, aku-aku. "Lue, gue" gitu. Wah, kira-kira nih, yang begini, boleh nggak ya? Oke, Muslimah, kalau sekali-kali mungkin boleh lah kamu berujar kayak gitu. Misalnya, saat buru-buru. Mau ada urusan dulu. Tapi, kalau keterusan, ini bisa bahaya juga! Lho kok, gitu? Iya. Kalau keterusan, alamat kamu harus hati-hati. Apalagi dilakonin sama kaum muda sepertimu. Waspadalah! Bisa dibilang terlalu sering "no coment" itu, alarm kalau kita cenderung sudah nggak mau tahu. Rasa peduli kita sudah mulai luntur. Jangan-jangan, nama tetangga di samping rumah saja nggak tahu? Gaw...

Ketika TKA Masih Ada di Banua

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd* Media sosial sempat dihebohkan dengan viralnya video rombongan warga negara asing (WNA) tiba di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Para WNA itu terekam keluar dari terminal kedatangan, kemudian naik ke sebuah bus. Dalam video berdurasi 11 menit 27 detik tersebut, si perekam menjelaskan bahwa puluhan warga asing itu diduga berasal dari Tiongkok. Karena memiliki ciri-ciri mirip dengan orang-orang dari negara Asia Timur, yaitu berkulit putih dan bermata sipit (kalsel.prokal.co, 27/02/2019). Kepala Kantor Imigrasi (Kanim) Kelas I TPI Banjarmasin, membenarkan kedatangan TKA asal China yang akan bekerja PT Merge Mining Industry (MMI). Namun, ia menyebut jumlahnya hanya 22 orang dan telah memiliki kartu izin tinggal terbatas (KITAS). Menurut dia, TKA asal Negeri Tirai Bambu itu merupakan pekerja yang dirolling PT MMI yang sebelumnya sudah dideportasi otoritas imigrasi. Ia memaparkan di Kalsel PT MMI merupakan perusahaan yang paling banyak mempekerjakan TKA yakni berju...