Langsung ke konten utama

Persahabatan Keong, Cacing dan Kalajengking

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd

Nggak nyangka, banyak utang di negeri yang katanya kaya raya. Zamrud khatulistiwa. Berlimpahan sumber daya alam, berisi berbagai hasil bumi. Harusnya orangnya pinter, makmur, dan subur. Tapi, faktanya seakan semua itu bohongan saja. Kenapa masih banyak terjadi kemiskinan, kelaparan, dan tindak kejahatan?

Berita viral pun bersusulan. Ketika mahal harga daging, disuruh makan saja keong. Saat di kaleng sarden ada cacing, dibilangnya, makan saja banyak proteinnya. Nah, saat terjadi serbuan tenaga kerja asing dan hegemoni aseng, dianjurkan menjual racun kalajengking.

Sungguh aneh. Punya gunung emas, diberikan kepada asing. Malah diajak berburu kalajengking. Bayangkan, seekor kalajengking hanya bisa menghasilkan sekitar 0,5 miligram racun. Jadi, untuk dapat mencapai 1 liter racun harus ada 2 juta ekor kalajengking.

Mau mencari ke mana? Mau sampai kapan? bukannya memperoleh uang salah-salah nyawa melayang. Tewas akibat racun itu. Emang, penguasa mau tanggung jawab?

Bergunung emas dipelupuk mata dibuang, rakyat disuruh sendiri berjuang. Para pemangku kekuasaan lagi-lagi tak menunjukkan empatinya kepada rakyat. Di saat rakyat sedang susah, alih-alih menenangkan suasana, justru mereka melontarkan pernyataan-pernyataan yang makin membuat sakit hati rakyat.

Sudah berulang kali kita dengar pernyataan dan keputusan penguasa menyengat rakyat. Mengobral pulau dan tambang emas ke asing sampai membuat undang-undang ormas yang zalim. Benar-benar membuat kecewa.

Seharusnya, penguasalah yang melindungi dan mengayomi rakyat. Penguasa idealnya menyejahterakan rakyatnya, dengan sebaik-baiknya. Namun, fakta justru bicara yang sebaliknya. Bukan “diurusi” tapi malah “dikurusi” dengan berbagai kebijakan yang menyengsarakan.

Kesejahteraan yang diingini “jauh panggang dari api.” Para pejabat negara justru lebih peduli pada kekuasaannya, dibanding menjalankan amanah sebagai pengelola negara. Lebih berpihak pada kepentingan asing dan aseng, mengesampingkan perihal rakyat yang pontang-panting.

Para pengusung solusi keong, cacing dan kalajengking sama-sama lagi berusaha mempertahankan jabatan. Semua berteman dan hidup makmur di habitat yang sama yaitu sistem kapitalis-sekuler. Maka wajarlah, mereka bersuara bukan demi kepentingan rakyat miskin tapi demi kekuasaan.

Berbagai persoalan dalam negeri ini akan terus berlanjut sepanjang sistem kapitalisme tetap mencengkeram perekonomian dan politik negeri ini. Itulah, yang sebenarnya terjadi. Sistem kapitalis membuat orang rakus. Berbagai kebijakan rezim pun tak luput dari kepentingan bisnis.

Sadarilah, masyarakat tak akan bisa menggantungkan harapan pada penguasa yang rela menjadi penjaga kapitalisme. Karena pegabdian mereka bukan pada umat, tapi pada kepentingan pengusaha kelas kakap. Kesetiaan mereka bukan pada rakyat kecil, tapi ada pada para pemilik modal.

Saatnya menjadi masyarakat yang berfikir cerdas. Hanya, Islam satu-satunya sistem yang menjadi harapan. Islam sebenarnya mampu memberi keadilan bagi semua dan memberi solusi tuntas atas berbagai problem kehidupan.

Dalam bidang ekonomi, menurut sistem Islam ada yang disebut dengan harta kekayaan umum, milik seluruh rakyat. Rasulullah saw bersabda: “Kaum Muslimin berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api. (HR. Abu Daud, Sunan Abu Daud, 2/596 - 952).

Yang dimaksud “padang rumput” adalah yang tumbuh sendirinya, bukan ditanam, tidak pula membutuhkan pemeliharaan khusus. Rumput semacam ini biasanya tumbuh di padang rumput yang bebas, atau di hutan, gunung pinggir jalan umum. Termasuk tambang dan hasil bumi yang jumlahnya berlimpah.

Kaum muslimin pun berserikat dalam urusan air. Air merupakan hajat hidup manusia, maka tidak boleh dimonopoli oleh individu. Menurut Abu Said yang dimaksud “air pada hadits ini adalah air mengalir, seperti sungai, danau, air hujan dan laut serta yang bersumber dari mata air.

Kaum muslimin juga berserikat dalam pemanfaatan api. Sebagian ulama berpendapat yang dimaksud “api” pada hadits ini mencakup bahan bakar dari hasil bumi baik berupa kayu bakar dari tumbuhan liar, ataupun api itu sendiri atau dalam pengertian nyala api. Termasuk pula pada kategori api seperti panas bumi, gas, tenaga surya, api menyala, dan batu bara.

Karena itu, masyarakat berserikat bukan hanya pada fasilitas umum yang berupa air, apimencakup sumber energidan padang rumput saja, tetapi juga dalam semua harta yang memenuhi sifat sebagai fasilitas umum, yang keberadaannya dibutuhkan secara bersama yang jika tidak ada akan terjadi perselisihan dalam mencarinya.

Allah SWT telah mewakilkan tugas pengelolaan dan pengaturan kepemilikan umum (al-milkiyah al-ammah) ini kepada negara sebagai wakil rakyat, sehingga semua rakyat bisa memanfaatkannya dan mencegah individu-individu tertentu dari mengontrol dan menguasainya. Semua itu untuk melindungi hak-hak rakyat, menjaga stabilitas masyarakat, serta untuk menjamin kesejahteraan semua individu rakyat.
Islam mengharamkan semua harta milik umum diserahkan kepada swasta, baik swasta nasional apalagi swasta asing. Harta milik umum itu harus dikelola oleh negara yang mewakili masyarakat, dan hasilnya digunakan untuk kemakmuran rakyat.

Konsep Islam tersebut sangat berbeda dengan fakta saat ini, di bawah naungan Sistem Kapitalisme. Di mana pengelolaan SDA banyak diserahkan kepada swasta maupun asing bahkan boleh dimiliki oleh mereka. Akibatnya, rakyat tidak bisa menikmati harta miliknya sendiri.

Jadi, kalau pengelolaan kekayaan kaum Muslim memakai aturan syariah Islam pasti akan sangat banyak sumber pendapatan untuk membiayai dan melayani rakyat. Tidak akan ada utang riba, dan pajak yang memalak.

Terus, Islam pun mewajibkan negara membuka banyak lapangan kerja bagi warga negaranya. Memberikan jaminan dasar keamanan, kesehatan, dan pendidikan secara gratis dan berkualitas. Sangat berdosa penguasa bila mengabaikan rakyatnya, misalnya sampai terzalimi atau menderita akibat kekurangan gizi.

Menghadapi keadaan banyaknya persoalan hari ini, tak salah bila ada banyak kalangan yang menyuarakan pergantian rezim. Bahkan, mendorong pergantian sistem. Namun, pakai apa? Tentu saja dengan kembali kepada pengaturan sesuai Syariat Islam, supaya keberkahan dan keridloan-Nya dilimpahkan kepada umat ini bahkan seluruh alam.

Tak cukup orang baik, harus pula memakai sistem yang baik. Memakai sistem yang berasal dari Al-Khaliq Yang Maha Baik. Itulah sistem Islam kaffah, dengan institusi Khilafah. Karena, negeri ini sudah dimulai kemerdekaannya dengan “bismillah, maka haruslah dipimpin orang yang amanah dengan menerapkan sistem yang membawa berkah.

Firman Allah SWT: "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (TQS. Al-A'raf: 96).[]

*) Pegiat Komunitas Muslimah Banua Menulis. Berdomisili di Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalsel.

Dimuat di: Radar Banjarmasin (Sabtu, 12/05/2018)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Perempuan Mengembalikan Kepemimpinan Islam

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd* Perempuan dan anak pun menjadi kelompok yang paling rentan terhadap tindak kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Problematika yang kompleks dan memilukan yang dialami kaum perempuan hari ini merupakan buah diterapkan sistem bathil, Kapitalisme-Demokrasi. Fakta yang ada, menunjukkan sistem ini telah mengeksploitasi kaum perempuan di seluruh dunia demi menghasilkan pendapatan negara dan melipatgandakan keuntungan bisnis para Kapitalis.  Tak peduli bila harus mengorbankan kehormatan dan kesejahteraan perempuan. Sistem Kapitalis-Sekuler telah membawa seluruh manusia ke dalam kesengsaraan, termasuk juga kaum perempuan. Sebab, Kapitalisme hanya mengukur partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa sekadar dari kontribusi materi.  Rasulullah Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu merupakan perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya dan berlindung dengan (kekuasaan)-nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)...

"No, Comment!" Boleh Nggak Ya?

by Nor Aniyah Pernah dengar nggak reaksi orang-orang kalau ditanya atau dimintai tanggapan? Biasanya sih banyak di antara mereka yang bilang, "No, comment.. No, comment!" Sebenarnya apa sih artinya itu? Nah, biasanya neh "No, comment" ini artinya identik dengan "nggak ada komentar deh." Oke, oke aja. Atau "terserah kamu saja deh!" Ini bisa jadi terkesannya, kamu-kamu, aku-aku. "Lue, gue" gitu. Wah, kira-kira nih, yang begini, boleh nggak ya? Oke, Muslimah, kalau sekali-kali mungkin boleh lah kamu berujar kayak gitu. Misalnya, saat buru-buru. Mau ada urusan dulu. Tapi, kalau keterusan, ini bisa bahaya juga! Lho kok, gitu? Iya. Kalau keterusan, alamat kamu harus hati-hati. Apalagi dilakonin sama kaum muda sepertimu. Waspadalah! Bisa dibilang terlalu sering "no coment" itu, alarm kalau kita cenderung sudah nggak mau tahu. Rasa peduli kita sudah mulai luntur. Jangan-jangan, nama tetangga di samping rumah saja nggak tahu? Gaw...

Ketika TKA Masih Ada di Banua

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd* Media sosial sempat dihebohkan dengan viralnya video rombongan warga negara asing (WNA) tiba di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Para WNA itu terekam keluar dari terminal kedatangan, kemudian naik ke sebuah bus. Dalam video berdurasi 11 menit 27 detik tersebut, si perekam menjelaskan bahwa puluhan warga asing itu diduga berasal dari Tiongkok. Karena memiliki ciri-ciri mirip dengan orang-orang dari negara Asia Timur, yaitu berkulit putih dan bermata sipit (kalsel.prokal.co, 27/02/2019). Kepala Kantor Imigrasi (Kanim) Kelas I TPI Banjarmasin, membenarkan kedatangan TKA asal China yang akan bekerja PT Merge Mining Industry (MMI). Namun, ia menyebut jumlahnya hanya 22 orang dan telah memiliki kartu izin tinggal terbatas (KITAS). Menurut dia, TKA asal Negeri Tirai Bambu itu merupakan pekerja yang dirolling PT MMI yang sebelumnya sudah dideportasi otoritas imigrasi. Ia memaparkan di Kalsel PT MMI merupakan perusahaan yang paling banyak mempekerjakan TKA yakni berju...