Langsung ke konten utama

Menggagas Budaya Literasi Muslimah Banua

Membangun sebuah peradaban manusia yang berkualitas, cerdas, dan unggul membutuhkan gerakan literasi yang kontinuitas. Hal ini dibahas dalam acara talk show bedah novel Mawinei di Aula Sehati, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), jalan Melati no. 17 Kandangan, Sabtu (31/3).

Talk show Bedah Novel Mawinei mengangkat tema "Menggagas Budaya Literasi Muslimah Banua." Acara ini diselenggarakan oleh Muslimah Banua Menulis. Sebuah komunitas yang hadir untuk mewadahi dan membimbing para Muslimah yang ada di Banua yang tertarik dalam dunia kepenulisan sehingga mampu melahirkan penulis Banua yang mumpuni berkarya.

Kendala dan tantangan yang dihadapi dunia kepenulisaan saat ini dapat dirasakan dari berbagai aspek. Di antaranya dapat dilihat dari masih sedikitnya jumlah buku yang terbit. Minimnya komunitas dan pelatihan yang mewadahi kehadiran penulis, serta masih kurangnya aspirasi dan minat masyarakat dalam kepenulisan. Perlu upaya serius untuk tetap melestarikan budaya literasi lewat generasi penerus di Banua, hal ini disampaikan dalam sambutan ketua komunitas Muslimah Banua Menulis.

Hadir pada kesempatan itu Kasi Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Sri Wiyono. Beliau menerangkan bahwa Hulu sungai selatan selaku penggagas Aruh Sastra di Kalimantan Selatan, cukup memberikan perhatian terhadap kepenulisan. Di awali dengan Aruh Sastra, maka tim penulis Muslimah Banua pun tergerak. Agar jangan sampai kegiatan sastra terhenti, maka digagaslah kegiatan ini oleh Muslimah Banua Menulis.

“Alhamdulillah. Kami sangat berterimakasih. Semoga bisa tumbuh penulis-penulis baru di Hulu Sungai Selatan. Mudah-mudahan nanti ada komunitas lain yang juga menuruti jalan ataupun langkah yang dirintis oleh Mbak Eva dan komunitas ini, terang Pak Wiyono saat memberikan keynote speaker.

Talk show kali ini menghadirkan pembicara, Eva Liana yang tidak lain adalah penulis Novel Mawinei. Novel Islami yang mengangkat kearifan lokal dengan penggambaran setting Loksado (Kampung Manakili) dengan cukup kuat. Menceritakan tentang seorang gadis Dayak Meratus yang mengalami dilema antara memenuhi tuntutan adat, idealisme, dan hutang budi. Tak lupa dikupas tuntas tentang latar belakang penulisan, konflik, segmentasi, dan nilai pesan yang ingin disampaikan, yakni kekuatan keyakinan untuk meraih cita-cita.

Dalam proses kreatif penulisan agar dapat menajamkan dan memberikan informasi lebih, maka penting untuk melakukan survei ke lapangan dan riset bahan bacaan. Penulis menjelaskan pengalamannya datang ke lokasi pegunungan dan ngobrol dengan penduduk Dayak Manakili supaya bisa menajamkan sisi dialog dan unsur ekstrinsik novel. Penulis harus terjun langsung dalam mencari literatur untuk menunjang penulisan novel seperti terkait budaya Loksado, geografis, tradisi masyarakat balai dan beladiri kuntau. Meskipun diakui agak sedikit kesulitan karena minimnya dokumentasi, misalnya belum adanya kamus bahasa Dayak setempat.

“Kebanyakan kita, khususnya remaja saat ini lebih suka menonton atau bermain gawai, kalau pun menulis hanya tulisan status sosmed. Alangkah baiknya, kita berusaha mengubah dan tulisan itu memberikan inspirasi bagi orang lain. Ketika kita mengetahui sejarah Islam memiliki peradaban yang kental dengan literasi, lebih besar lagi motivasinya untuk meningkatkan kemampuan literasi. Bukan sekadar supaya terkenal, populer, banyak dapat royalti, dapat nilai materi atau kepuasan pribadi. Tapi, ternyata ada dorongan yang lebih kuat, yaitu motivasi ruhiyah, motivasi keimanan," ujar pemateri yang sekaligus pengasuh Lasmin Sastra Kandangan, Kabupaten HSS ini.

Acara berlangsung hangat dari pukul 08.30 sampai 11.30 Wita diikuti oleh sekitar 100 orang peserta. Mereka adalah perwakilan siswa-siswi dari SMA/MA dan SMP/MTs yang ada di Kabupaten HSS. Turut hadir pula Bapak dan Ibu guru pendamping serta kalangan peminat sastra.

Para peserta tampak sangat antusias mengikuti jalannya acara diselingi bertanya-jawab hingga akhir acara. Sebelum sesi penutup, peserta yang aktif berpartisipasi diberikan hadiah novel Mawinei dan doorprize menarik lainnya. Mereka juga berkesempatan untuk mengikuti lebih lanjut pembimbingan menulis.[] (nor aniyah)

#MuslimahBanuMenulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Perempuan Mengembalikan Kepemimpinan Islam

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd* Perempuan dan anak pun menjadi kelompok yang paling rentan terhadap tindak kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Problematika yang kompleks dan memilukan yang dialami kaum perempuan hari ini merupakan buah diterapkan sistem bathil, Kapitalisme-Demokrasi. Fakta yang ada, menunjukkan sistem ini telah mengeksploitasi kaum perempuan di seluruh dunia demi menghasilkan pendapatan negara dan melipatgandakan keuntungan bisnis para Kapitalis.  Tak peduli bila harus mengorbankan kehormatan dan kesejahteraan perempuan. Sistem Kapitalis-Sekuler telah membawa seluruh manusia ke dalam kesengsaraan, termasuk juga kaum perempuan. Sebab, Kapitalisme hanya mengukur partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa sekadar dari kontribusi materi.  Rasulullah Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu merupakan perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya dan berlindung dengan (kekuasaan)-nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)...

"No, Comment!" Boleh Nggak Ya?

by Nor Aniyah Pernah dengar nggak reaksi orang-orang kalau ditanya atau dimintai tanggapan? Biasanya sih banyak di antara mereka yang bilang, "No, comment.. No, comment!" Sebenarnya apa sih artinya itu? Nah, biasanya neh "No, comment" ini artinya identik dengan "nggak ada komentar deh." Oke, oke aja. Atau "terserah kamu saja deh!" Ini bisa jadi terkesannya, kamu-kamu, aku-aku. "Lue, gue" gitu. Wah, kira-kira nih, yang begini, boleh nggak ya? Oke, Muslimah, kalau sekali-kali mungkin boleh lah kamu berujar kayak gitu. Misalnya, saat buru-buru. Mau ada urusan dulu. Tapi, kalau keterusan, ini bisa bahaya juga! Lho kok, gitu? Iya. Kalau keterusan, alamat kamu harus hati-hati. Apalagi dilakonin sama kaum muda sepertimu. Waspadalah! Bisa dibilang terlalu sering "no coment" itu, alarm kalau kita cenderung sudah nggak mau tahu. Rasa peduli kita sudah mulai luntur. Jangan-jangan, nama tetangga di samping rumah saja nggak tahu? Gaw...

Ketika TKA Masih Ada di Banua

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd* Media sosial sempat dihebohkan dengan viralnya video rombongan warga negara asing (WNA) tiba di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Para WNA itu terekam keluar dari terminal kedatangan, kemudian naik ke sebuah bus. Dalam video berdurasi 11 menit 27 detik tersebut, si perekam menjelaskan bahwa puluhan warga asing itu diduga berasal dari Tiongkok. Karena memiliki ciri-ciri mirip dengan orang-orang dari negara Asia Timur, yaitu berkulit putih dan bermata sipit (kalsel.prokal.co, 27/02/2019). Kepala Kantor Imigrasi (Kanim) Kelas I TPI Banjarmasin, membenarkan kedatangan TKA asal China yang akan bekerja PT Merge Mining Industry (MMI). Namun, ia menyebut jumlahnya hanya 22 orang dan telah memiliki kartu izin tinggal terbatas (KITAS). Menurut dia, TKA asal Negeri Tirai Bambu itu merupakan pekerja yang dirolling PT MMI yang sebelumnya sudah dideportasi otoritas imigrasi. Ia memaparkan di Kalsel PT MMI merupakan perusahaan yang paling banyak mempekerjakan TKA yakni berju...