Kita secara fitrah suka mendengar yang baik. Tapi, kadang kita temukan yang berkebalikan. Terutama di sosial media, kita ingin dapatkan info berguna dan ilmu buat takwa. Tapi, kadang ruang ini sampai kayak jadi kebun raya. Karena masing-masing mengucap nama-nama penghuninya. Yang sebenarnya nggak layak disematkan buat manusia.
Padahal kan, tiap sikap kita mencerminkan siapa diri kita. Termasuk juga perkataan atau pernyataan kita, hal itu menunjukkan apa yang ada di dalam pikiran kita. Apa nggak nyadar kalau ucapan buruk itu "menjadikan diri sendiri buruk?" Belum lagi, orang-orang yang jadi tersinggung dengan ucapan itu. Wah! Bisa-bisa tiap hari nambah musuh. Apalagi dosa-dosa yang makin bertambah dicatatkan akibat berkata asal-asalan. Apakah kita nggak sempat terpikirkan yang seperti ini? Sayang bangetkan!
Saat dulu belum ngaji pun, aku juga tergolong yang nggak sabaran. Suka berucap sekehendak hati. Yang mana yang benar menurutku, maka itulah yang kupertahankan mati-matian. Nggak peduli, sebenarnya itu benar atau salah. Pokoknya, aku yang harus menang. Hehe.. Parah sekali, ya!
Kini dari ngaji aku mulai pahami. Bahwa dalam agama kita Islam itu, ada yang mengaturkan. Yang mana kebaikan dan kebenaran. Yang mana amal shaleh agar diridhoi Allah. Ilmu membuat kita nggak kebingungan atau galau memikirkan sendiri. Karena kita sudah dikasih jalan untuk mencari kebenaran sama Allah SWT.
Ikuti perkataan hati? Kurasa nggak selalu perkataan hati itu tepat. Karena kadang ia dipengaruhi perasaan, nafsu dan syahwat. Inginnya yang enak, yang menyenangkan. Wah, jadi nggak jelas. Kurasa kata hati memang nggak menunjukkan kebenaran dengan pasti. Nah, dalam pembinaan Ngaji, aku akhirnya di sana tertunjuki. Bahwa kebenaran sejati itu berasal dari petunjuk Ilahi. Yaitu, Al-Qur'an dan hadits Rasullullah saw. Insya Allah, nggak akan sesat. Dan kalau kebenaran datang dari Allah, hati juga jadi tenang, akal terpuaskan dan sesuai fitrah sebagai insan.
Karenanya, kalau sudah tahu yang baik dan benar. Nggak mudah lagi tersulut emosi. Jika ada yang kurang pas, biar jelas mari berdiskusi. Kalau pendapat kita sendiri, mungkin bisa jadi benar atau di lain waktu bisa pula salah. Namanya, juga manusia. Namun, kita harus punya standar yang sama dalam menilainya, hanya dari Pencipta kita. Jadi, ayo jernihkan hati dan pikiran.
Alhamdulillah, aku bersyukur ikut pembinaan Islam kaffah. Sehingga pikiran cerah dan ucapan juga terarah. Semoga kebaikan menyertai langkah kita yang ingin terus berusaha taat pada Allah SWT.
Dari Saudarimu,
Nor Aniyah
#YukNgajiIslamKaffah
Komentar
Posting Komentar